Minggu, 13 Mei 2018

Field Trip Asia Pasific RainForest Summit in Yogyakarta


       Asia Pasific Rainforest Summit merupakan agenda dua tahunan yang diselenggarakan oleh CIFOR dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penyelenggaraan APRS kali ketiga ini dihelat di DI. Yogyakarta dengan mengangkat tema "Protecting Forest and People Supporting Economic Growth". Rangkaian acara berlangsung dari tanggal 23-25 April 2018. Acara terakhir pada tanggal 25 April diadakan sebuah fieldtrip ke kawasan hutan di Yogyakarta. Pilihan lokasi fieldtrip yakni Taman Nasional Gunung Merapi dan KPHP Yogyakarta. Di dalam tulisan berikut saya akan membagikan sedikit informasi mengenai rangkaian acara fieldtrip di kawasan hutan KPHP Yogyakarta. Lokasi yang menjadi tujuan pembelajaran pengelolaan hutan di KPH Yogyakarta antara lain : pabrik penyulingan minyak kayu putih sendangmole, hutan pendidikan wanagama, dan hutan pinus mangunan.
       Lokasi pertama yang dikunjungi adalah pabrik penyulingan minyak kayu putih sendangmole yang berada di Bunder, Gunungkidul. Pabrik sendangmole sudah beroperasi selama berpuluh tahun dan merupakan pabrik penyulingan MKP terbesar di Yogyakarta. Peserta kunjungan diberikan materi langsung oleh Bpk Wawan selaku kasie. Pemanfaatan Hutan KPH Yogyakarta. Beliau memaparkan materi serta sebuah film terkait pengolahan MKP mulai dari hulu hingga hilir. Pemutaran film penyulingan MKP sangat membantu memberikan gambaran yang jelas karena peserta tidak melakukan kunjungan ke kawasan hutan kayu putih. Proses penyulingan dapat dipelajari dari kegiatan pemasakan yang sedang berlangsung. Saat fieldtrip dilakukan sebenarnya pabrik belum melakukan pemasakan karena belum jatuh jadwal memasak daun. Oleh KPH Yogyakarta dilakukan pemasakan daun dalam kapasitas kecil untuk memberikan gambaran proses penyulingan MKP. Di dalam pemutaran film dijelaskan mengenai daun kayu putih dari hutan kemudian dipanen (dirimbas daunnya), diangkut ke lokasi pabrik hingga dilakukannya pemasakan menjadi minyak kayu putih. Acara pembelajaran penyulingan MKP ditutup dengan membagikan souvenir berupa minyak kayu putih yang dikemas pada botol rool. Peserta fieldtrip sangat antusias dengan pembelajaran penyulingan MKP. Mereka mendapatkan wawasan baru terkait pemanfaatan hasil hutan bukan kayu.
Gambar 1. Sambutan Pak Teguh (Kepala Divisi Kerjasama Luar Negeri KLHK)

Gambar 2. Penyampaian Materi Oleh Kasie. Pemanfaatan Hutan

     Lokasi kedua yang dikunjungi ialah hutan wanagama. Wanagama merupakan hutan negara yang dimanfaatkan khusus sebagai sarana pendidikan. Fakultas Kehutanan UGM ditunjuk sebagai pengelola guna mengaplikasikan ilmu kehutanan dalam menghijaukan daerah tersebut yang sebelumnya dikenal dengan kawasan tandus (batu bertanah). Setelah sekian lama diambil andil oleh Fakultas Kehutanan, kawasan batu bertanah sudah mulai menunjukan perubahan yang signifikan dari tandus menjadi berhumus. Berbekal dari kerja keras FKT UGM, wanagama tepat dimasukan sebagai list fieldtrip APRS kali ini. Pemberi materi filedtrip adalah dosen/ pengajar dari FKT UGM diantaranya : Bpk Naim, Bpk Handoyo, Bpk Sukirno, dan Ibu Yeni. Peserta filedtrip diarahkan ke lokasi layersoil (lapisan tanah di Gunung Kidul) yang memperlihatkan susunan lapisan tanah yang cenderung seperti batu. Kemudian pemberi materi menjelaskan bagaimana upaya dan riset untuk menghijauan hutan wanagama seperti sekarang ini. Kemudian juga disampikan jenis-jenis tanaman pioner yang digunakan, jenis tanaman edemik yang dikembangkan, dan tanaman-tanaman hasil riset. Membahas tanaman hasil riset, FKT UGM memiliki spesies jati bernama Jati Mega. Jati Mega merupakan klon jati yang berasal dari persilangan dua klon jati terbaik yang diperoleh dari klon-klon jati unggul dari berbagai sampel lokasi di Pulai Jawa. Jati Mega mulai ditanam pada tahun 2009 dan sekarang berumur kurang lebih 9 tahun.
Gambar 3. Layersoil Wanagama

Gambar 4. Pembelajaran Layer Soil Wanagama

Gambar 5. Jati Mega Wanagama

      Puas dengan informasi dan ilmu baru tentang hutan pendidikan wanagama, fieldtrip dilanjukan ke lokasi ketiga (lokasi terakhir) yaitu hutan pinus mangunan. Hutan pinus mangunan merupakan obyek wisata yang sedang booming dibeberapa tahun ini. Mungkin masih belum yang banyak tahu jika hutan pinus mangunan termasuk hutan milik negara. Hutan pinus mangunan (pinussari) sendiri adalah satu dari 9 wanawisata yang dikembangkan oleh KPH Yogyakarta berbasis sosial budaya (Wana Wisata Budaya Mataram). Kesuksesan kelola wisata alam jasa lingkungan tidak lepas dari peran antara pemerintah dengan masyarakat. Dapat dibilang bahwa hutan pinus mangunan dan 8 lokasi lainnya (Wana Wisata Budaya Mataram) merupakan salah satu wujud sukses pengelolaan hutan lestari di DIY. Oleh karenanya pembelajaran di lokasi ini akan sangat bermanfaat bagi peserta fieldtrip mengenai kelola wanawisata jasa lingkungan. Peserta disarahkan ke lokas sekolah rimba yang berada di hutan pinus mangunan (Pinussari). Pembicara materi tentang wanawisata jasa lingkungan disampaikan oleh Bpk. Aji Sukmono selaku Kepala Balai KPH Yogyakarta dan Sdri. Fatwa Nirza selaku staff KPH Yogyakarta. Narasumber menjelaskan awal inisiasi pemanfaatan hutan berbasis jasa lingkungan. Luas total dari pemanfaatan hutan wisata di RPH Mangunan adalah 24 Ha. Segala bentuk pengelolaan sudah disesuaikan dengan peraturan yang berlaku mulai dari PP hingga Pergub. Dalam pengelolaan wanawisata ini, pemerintah daerah bermitra dengan kelompok masyarakat yang berbentuk badan hukum (Koperasi NOTOWONO). Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY telah melakukan perjanjian kerjasama dengan Koperasi Notowono per Januari 2017. Ketentuan bagi hasil yang tertuang dalam perjanjian ialah 25% pemerintah dan 75% masyarakat. Masyarakat diberikan prosentase lebih besar dengan tujuan mensejahterakan masyarakat. Masyarakat disandingkan sebagi mitra bukan sebagai pekerja. Jumlah pengunjung yang datang ke lokasi wisata alam Mangunan sangatlah besar hingga akhir tahun 2017 pengunjung mencapi hampir 2 juta orang. Pendapatan yang masuk ke pemerintah cukuplah besar kurang lebih 2M per tahun 2017. Selesai penjelasan dari narasumber, peserta fieldtrip diberikan sajian campursari lagu-lagu khas jawa dan sesi foto bersama.


Gambar 6. Sambutan Campursari Jawa


Gambar 7. Penyampaian Materi oleh KPH Yogyakarta

0 komentar:

Posting Komentar