Pada tulisan kali ini saya akan mendiskripsikan proses penyulingan minyak kayu putih di Pabrik Sendangmole. Proses penyulingan minyak dimulai bersamaan dengan proses pemangkasan daun kayu putih yakni pada Bulan April - Desember. Daun yang yang di pangkas dari lapangan kemudian disetorkan ke pabrik sendangmole.
Gambar 1. Muatan Daun Kayu Putih
Gambar 2. Tumpukan Daun Kayu Putih
Daun yang sampai ke pabrik ditimbang kembali untuk mendapatkan angka berat yang lebih detail dengan penimbangan daun di lapangan. Daun kayu putih tersebut disuling menggunakan satu rangkaian mesin produksi yang mempunyai rincian sebagai berikut:
1. Kapasitas Produksi:
- Jumlah bak daun/ ketel :3 unit
- Kapasitas : 2 ton/ bak daun
- Lama siklus penyulingan : 8 jam (2 jam proses memasukan daun, 6 jam proses masak, 2 jam mengeluarkan daun)
- Kapasitas optimal : 18 ton daun / 24 jam
2. Bahan Bakar
- Listrik
- Limbah kayu putih dalam bentuk briket daun
3. Sistem Penyulingan
- Destilasi uap
4. Rendemen dan hasil produksi
- Berkisar 0.8% - 1%
- Saat musim kering rendemen tinggi dimana dalam 1 ton mampu menghasilkan 9-10 L minyak, sedangkan saat musim hujan rendemen turun yakni dari 1 ton daun menghasilkan 8- 9 L minyak.
Tenaga kerja pada pada pabrik penyulingan minyak kayu putih berjumlah 6-8 orang yang terdiri dari 6 orang PNS, 1 orang outsourcing dan 1 orang cleaning service. Saat kegiatan pemasakan daun, dilakukan penambahan jumlah pegawai hingga mencapai 50 orang (buruh lepas). Adapun pembagian tugas proses penyulingan minyak kayu putih yaitu:
- tenaga timbang dan muat
- tenaga pembuat briket
- tenaga pengapian
- tenaga bongkar daun
- tenaga penakaran minyak
Kegiatan pertama dalam pemasakan daun adalah mengisi bak air dari sumber air hingga penuh, Kemudian menyiapkan alat-alat seperti pompa condensor, cooling power, automatic box untuk pompa boiler, pompa water softner dan blower. Selanjutnya memasukan air dari bak air ke dalam water softner dan setelah air dalam kondisi yang sesuai kemudian air dimasukan ke dalam feed tank. Air dari feed tank selanjutnya dimasukan ke dalam boiler. Keranjang daun dengan kapasitas daun 2 ton kemudian dimasukan ke dalam ke bak daun yang berjumlah 3 bak menggunakan hoist crane. Setelah air dalam boiler cukup, kemudian masukan briket daun sebagai bahan bakar pemasakan ke dalam ruang bakar (tungku). Selama proses pemasakan berlangsung, tekanan uap air dalam boiler harus dijaga agar tidak lebih dari 5 atm (tekanan dalam atmosfer) yang dapat dilihat pada manometer, jika tekanan melebihi 5 atm makan blower akan matin. Apabila tekanan uap turun pada tekanan 2.5 Atm maka blower akan secara otomatis hidup kembali dan akan menghasilkan tekanan uap yang lebih tinggi lagi.
Gambar 3. Bak Masak Daun
Gambar 4. Hoist Crane
Gambar 5. Tungku Api
Uap panas dialirkan ke dalam bak daun agar udara yang masih ada di dalam bak daun terbuang, baru kemudian bak daun ditutup kembali dengan rapat. Uap panas ini mempunyai tekanan yang kuat sehingga mampu mengeluarkan minyak dari daun kayu putih. Kemudian uap panas yang mengandung air dan minyak dialirkan ke dalam kondensor untuk mendinginkan uap panas tersebut. Air yang digunakan untuk proses pendinginan berasal dari cooling tower yang dialirkan melalui pompa. Oleh karenanya, air harus selalu diperiksa agar air tetap dingin dan air di dalam bak air selalu dalam keadaan penuh. Setelah uap yang mengandung minyak dan air sudah dingin, selanjutnya dialirkan di separator untuk memisahkan minyak dengan air. Pemisahan minyak dan air menggunakan metode berat jenis. Uap diberikan tekanan agar air yang mempunyai berat jenis lebih berat berada di bawah sedangkan minyak yang berat jenisnya lebih ringan akan terangkat. Minyak yang berada di posisi atas kemudian dialirkan ke tangki minyak khusus. Air yang terkumpul kemudian dibuang lewat keran tangki yang sudah diatur secara khusus. Minyak yang berada di tangki kemudian di pindahkan ke gerijen. Minyak yang sudah terkumpul hingga 1000L atau setara dengan 16 gerigen langsung diangkut ke Kantor Balai KPH Yogyakarta.
1. Kerak Kapur
Proses penguapan menghasilkan kerak-kerak yang menempel pada saluran pipa-pipa. Kabupaten Gunungkidul mempunyai jenis tanah yang berkapur dimana kandungan air di daerah tersebut juga mengandung kapur. Kerak tersebut menjadi kendala yang besar dalam proses penyulingan karena adanya kerak akan menyumbat aliran uap menuju separator. Oleh karena itu, setiap 2 minggu pipa harus dibersihkan dan sementara waktu menghentikan proses pemasakan. Hingga saat ini masih belum ada solusi untuk mengurangi atau menghilangkan terbentuknya kerak di pipa-pipa.
2. Limbah Daun
Limbah daun diperoleh dari sisa daun kayu putih yang dimasak. Limbah daun dikumpulkan di gudang untuk dikeringkan dan selanjutnya di cetak menjadi briket. Sekitar 40% dari briket digunakan untuk bahan bakar di pabrik dan 60% diberikan kepada masyarakat. Masyarakat yang mengambil briket adalah mereka yang mempunyai home industri seperti tahu dan jajanan lokal.
Abu briket diperoleh dari abu dari proses pembaharan briket sebagai bahan bakar. Abu briket dapat digunakan sebagai campuran pupuk bokasi. Pemanfaatan abu briket digunakan sebagai pupuk tanaman kayu putih dan juga sebagian diberikan kepada masyarakat.
Gambar 6. Ruangan Separator
Gambar 7. Separator
Gambar 8. Gerijen Minyak Kayu Putih
Proses penyulingan minyak kayu putih menghasilkan 2 macam limbah yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah cair berupa air dari hasil pemisahan antara minyak dan air. Limbah cair langsung dibuang ke saluran pembungan karena besifat alami dan tidak beracun. Kemudian limbah padat yang dihasilkan dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu:1. Kerak Kapur
Proses penguapan menghasilkan kerak-kerak yang menempel pada saluran pipa-pipa. Kabupaten Gunungkidul mempunyai jenis tanah yang berkapur dimana kandungan air di daerah tersebut juga mengandung kapur. Kerak tersebut menjadi kendala yang besar dalam proses penyulingan karena adanya kerak akan menyumbat aliran uap menuju separator. Oleh karena itu, setiap 2 minggu pipa harus dibersihkan dan sementara waktu menghentikan proses pemasakan. Hingga saat ini masih belum ada solusi untuk mengurangi atau menghilangkan terbentuknya kerak di pipa-pipa.
Gambar 9. Kerak Kapur
Gambar 10. Kerak Kapur
2. Limbah Daun
Limbah daun diperoleh dari sisa daun kayu putih yang dimasak. Limbah daun dikumpulkan di gudang untuk dikeringkan dan selanjutnya di cetak menjadi briket. Sekitar 40% dari briket digunakan untuk bahan bakar di pabrik dan 60% diberikan kepada masyarakat. Masyarakat yang mengambil briket adalah mereka yang mempunyai home industri seperti tahu dan jajanan lokal.
Gambar 11. Limbah Daun Kayu Putih
3. Abu BriketAbu briket diperoleh dari abu dari proses pembaharan briket sebagai bahan bakar. Abu briket dapat digunakan sebagai campuran pupuk bokasi. Pemanfaatan abu briket digunakan sebagai pupuk tanaman kayu putih dan juga sebagian diberikan kepada masyarakat.
Gambar 12. Abu Briket
Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
BalasHapushanya di D*E*W*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
terima kasih, sangat bermanfaat
BalasHapusMakasih sangat bermamfaat bagi kami yang mau wira usaha
BalasHapusinfonya sangat bermanfaat sekali kak
BalasHapusElever Media Indonesia