Minggu, 01 Juni 2025

Pelatihan Adhesive by Polychemie


Hai kawan..lama tak bersua.....
meskipun jarang menyapa dan jarang aktif di blog ini. Tapi sebisa mungkin sya akan tetap aktif berbagi informasi meskipun frekuensinya tidak dalam waktu singkat..hehe :D
Tulisan ini menjadi tulisan kali pertama di tahun 2025..kalau di ingat-ingat sih ini udah tahun ke 7 dari blog tehdanubi yaa..
Memang saat ini fokus tulisan di blog saya sudah tidak membahas hal-hal agro seperti dulu.. Ya gimanaa..karena saya sudah pindah kerja..hehe..
Tapi sebisa mungkin, blog ini pastinya saya gunakan secara positif untuk berbagi informasi yang bermanfaat bagi siapapun..

Kenapa hari ini sya menulis blog..? kok tidak kemarin-kemarin...Alasannya, hari ini sya dapat materi yang full atau komplit.. Jadi sya bisa berbagi ilmu juga komplit....
Emangnya mau berbagi apa siih....???

Alhamdulillah, hari ini saya diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan perekatan yang diselenggarakan oleh Polychemie.. Pasti kawan semua asing banget tuh sama Polychemie..Yuup..sama., saya juga awalnya gak tau kok...Yaudh mari kita bahas hasil pelatihan hari ini yaa....

Jadi.. Pelatihan yang saya ikuti terbagi menjadi dua sesi. Sesi materi dan sesi teknis perekatan. Adapun di tulisan ini yang ingin syaa tulis adalah dari sisi materi perekatan dasar.  Yuuuk..gasss mulainyaa....!!!



*Polychemie adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan adhesive dengan brand yang dikenal sebagai PRESTO*.


Adhesive atau lebih dikenal sebagai perekat atau yang lebih familiar lagi yaitu Lem menjadi material yang sangat erat dengan kehidupan sehari-hari. Hampir semua benda yang kita sentuh pasti ada kandungan lem sebagai komponen penyusunnya. Misalnya produk furnitur pastinya tidak lepas dengan perekat. Karena untuk membentuk kesatuan misalnya kursi yang terdiri dari banyak komponen pasti dirakit atau dihubungkan dengan perekat. Selain untuk menghubungkan material dari kayu, perekat juga dapat digunakan pada media plastik, logam, kaca, dan lainnya. Namun, berbeda material berbeda pula karakter perekat yang digunakan. Adhesive dapat diartikan sebagai bahan berbentuk cairan baik yang berasal dari alam maupun sintetis yang berfungsi untuk merekatkan dua material atau lebih menjadi satu kesatuan. 
Adhesive ditekankan pada bahan cair karena dengan bentuknya yang cair dapat menyebar dan dapat melakukan penetrasi ke media yang direkatkan.
Berdasarkan daya tahan adhesive dapat dibagi menjadi 4 kategori, antar lain:

1. B1/D1

2. B2/D2

3. B3/D3

4. B4/D4

Keterangan : untuk B1/D1 hingga B4/D4 yang membedakan adalah ketahanannya terhadap kerusakan dari panas dan air. 
Pada B1 dan B2 merupakan tingkat adhesive standart dengan tingkat ketahannya yang rendah dan biasa digunakan untuk indoor. Pengujian ketahanan yang dilakukan hanya uji bounding saja, contohnya finger joint atau laminasi dilihat seberapa tinggi rekatnya.  Berbeda dengan adhesive kategori B3 - B4 memiliki ketahanan yang tinggi. Pengujiannya dilakukan hingga uji oven dan perebusan. Adhesive B3 - B4 diperuntukkan untuk interior dan juga eksterior. 

Tahapan aplikasi adhesive:

1. Kadar air dan kelembaban

2. Persiapan bahan : termasuk kerataan benda kerja, kebersihan dari debu dan kotoran

3. Pemilihan waktu yang tepat saat pengeleman : lebih baik dilakukan saat kelembaban rendah

4. Penyimpanan, pencampuran, dan hardener : adhesive mempunyai daya simpan terutama setelah dibuka yaitu 6 bulanan, adhesive juga ada yang berdiri sendiri dan ada yang harus dengan pencampuran

5. Aplikasi lem : melihat karakter lem apakah pengeringan cepat atau tidak, semakin cepat lem mengering artinya penetrasi ke media kerja malah rendah

6. Jangka waktu penekanan

7. Besar Tekanan

8. Suhu dan Temperatur Pengeleman : lebih baik pada suhu ruang kurang lebih 30 derajad celcius

9. Pemeriksaan Hasil Pengeleman : harus mengetahui karakteristik lem yang bagus dan yang kurang bagus. Lem yang bagus saat pengaplikasian harus ada lem yang keluar karena jika tidak ada sisa yang keluar berarti ada permukaan media yang tidak terkena lem. 

10. Pembersihan : Sisa lem setelah pengaplikasian harus segera dibersihkan. Pembersihan dapatg menggunakan lap kain yang sudah dibahasin dengan air. 

Jenis-Jenis Adhesive yang sering dijumpai di pasar:

1. PVAc / Water based

PVAc termasuk adhesive yang mempunyai beberapa tingkatan mulai dari B1 - B4. Pada produk Presto , PVAc terbagi menjadi 3 produk yaitu PVAc biasa yang termasuk B1, PVAc Alifatik termasuk B2, dan PVAc Crosslinked termasuk B3. Lem PVAc Crosslinked meskipun di branding tahan air sebenarnya hanya menghalau air. Penggunaannya untuk produk-produk yang dekat dengan kelembaban seperti rak handuk, talenan, nampan, jemuran kayu



2. PU
PU termasuk adhesive kategori B4/D4 yang mempunyai ketahahanan yang tinggi. Biasa digunakan untuk merekatkan besi, kayu lembab, kayu kering dan cocok digunakan untuk interior maupun eksterior. Adhesive PU cocok digunakan untuk laminasi namun tidak cocok untuk merekatkan sambugan kontruksi misalnya finger joint , sambungan sudut.



3. Epoxy

Epoxy disebut juga lem dua komponen yang terdiri dari cairan epoxy dan caira hardener. Penggunaannya dengan perbandingan 1 banding 1 takaran berat. Karena keduanya memiliki berat jenis yang berbeda. Jika dilakukan takaran volume akan mendapatkan berat yang berbeda. Takaran epoxy dan hardener harus pas karena jika salah satunya berlebihan atau kekurangan maka lem akan gagal. Misalnya, jika terlalu banyak hardener maka lem akan cepat kering dan menyebabkan crack, dan sebaliknya jika terlalu banyak epoxy akan susah kering dan menjadi lembek. Lem epoxy cocok digunakan untuk kontruksi misalnya tenon mortise, finger joint. Lem epoxy tidak cocok untuk laminasi karena akan menghasilkan lapisan film yang tebal.



4. Contact Adhesive / Solvent Based
Untuk merekatkan material non kayu yang bersifat fleksibel contohnya edging / pinggiran. Penggunaan contact adhesive media yang direkatkan keduanya harus diberikan lem terlebih dahulu dan ditunggu agak kering kurang lebih 15 menit. 



5. Cyanoacrylate

Disebut juga super glue karena kecepatan keringnya yang dalam hitungan detik dan kerekatannya yang kuat. Lem jenis cyanoacrylate memiliki keunggulan dalam kecepatan pengeringannya, tapi dari sesi kekuatan lebih rendah dari lem yang lain. Karena semakin cepat lem itu kering, sebenarnya kerekatan lem hingga masuk ke pori-pori media (misal kayu) itu rendah.


Sebenarnya yang lakukan tidak hanya mendengarkan materi namun juga praktik di workshop melakukan perekatan menggunakan lem jenis PVAc dan PU. Dengan melakukan praktik kita dapat mengetahui perbedaan kedua lem tersebut mulai dari warna, keecerean, waktu pengeringan, munculnya foam (buih), dan pada bagian apa lem tersebut cocok diaplikasikan. 
Sekian dulu yaa, informasi dasar yang bisa saya berikan tentang Lem/ adhesive. Semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman untuk menambah ilmu pengetahuan..
Sampai jumpa lagi di tulisan saya berikutnya.. :D :D

Continue reading

Senin, 22 Januari 2024

Belajar Partikel Board Di PT XYZ Indonesia

 Hai,.teman-teman pembaca blog tehdanubi,.Sekarang saya ada topik lagi untuk ditulis..hehe..
Jadi beberapa waktu kemarin, saya berkunjung ke PT XYZ Indonesia. Apakaha dari kalian, ada yang udh berkunjung kesana? atau udah familiar mendengar kata rimba partikel??
Naah,..untuk lebih jelasnya sya akan sedikit bercerita di artikel ini.

    Semua manusia pasti tau yang namanya kayu. Ya, benar..kayu merupakan bahan alamiah yang diperoleh dari pohon. Kayu sudah sangat dekat dengan kehidupan manusia sejak dahulu kala. Dimulai untuk bahan bakar, kontruksi, peralatan rumah tangga, dan lainnya. Keberadaan kayu ini sangat bergantung pada jumlah pohon. Semakin banyak jumlah pohon maka semakin banyak pula kayu yang bisa didapatkan. Namun, seiring berjalananny zaman..Banyak area hutan yang dikonversi sehingga hutan semakin berkurang. Selain itu, masyarakat yang dulunya mempunyai lahan yang luas dan bisa ditanami banyak tanaman sekarang beralih fungi menjadi pabrik atau perumahan.
    Oleh karena itu, terjadilah pergeseran dari budaya penggunaan kayu solid ke kayu olahan. Kayu olahan memang tidak sekuat, seawet dan secantik kayu solid. Tapi kayu olahan memiliki beberapa keunggulan salah satunya lebih efektif dari segi ukuran, lebih murah, dan lebih mudah diperoleh.
Kayu olahan sendiri banyak sekali macamnya. Salah satu contoh kayu olahan adalah papan partikel atau bisa disebut particle board
    Di Indonesia, penggunaan partikel board sudah cukup familiar dan sering digunakan sebagai pengganti kayu solid sebagai bahan furnitur. Salah satu industri yang menghasilkan kayu olahan yaitu PT XYZ. Industri ini terletak di kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah.  PT XZ mulai dibangun pada awal tahun 1990 dengan tujuan awal yaitu mengelola limbah kayu industri dari PT Kayu Lapis Indonesia. Dahulu kala PT KLI mempunyai permasalahan dalam pengolahan limbah kayunya. Meskipun limbah kayu digunakan sebagai bahan bakar kembali, namun masih banyak limbah kayu yang tidak digunakan. Sehingga muncul pemikiran untuk membangun industri mengelola limbah tersebut. PT XYZ merupakan join system dimana 50% saham dari PMA (Sumitomo Group) dan PT Kayu Lapis Indonesia. Limbah dari KLI diolah dan dijadikan produk bernama papan partikel.

Papan partikel adalah suatu proses rekontruksi dari suatu bahan (kayu/ wood) yang dirubah menjadi suatu produk berupa papan (board), dimana hasilnya diperoleh dengan menambahkan resin sintetis. Papan partikel terdiri dari 3 lapisan yaitu:

  • Surface layer 1 (SL 1)
  • Core layer (CL
  • Surface layer 2 (SL 2)

Gambar 1. Papan Partikel

Gambar 2. Produk baru PT XYZ- Melamine Faced Chipboard

Bahan utama pembuatan papan partikel adalah kayu. Kayu yang digunakan di PT XYZ berasal dari 5 sumber yang antara lain:
  1. Kayu Campur, merupakan potongan dari berbagai jenis pohon. Kayu campur ini masih bentuk kayu gelondongan. Penggunaan kayu campur ini terkait kepadatan (density) dari produk papan partikel. Kayu campur diperoleh dari perhutani, hutan rakyat maupun kayu-kayu lainnya. Contoh jenis kayu adalah mangga, gmelina, kolobin (trembesi), dan lain-lainnya.
  2. Kayu Sebetan (limbah basah), merupakan potongan kayu bagian luar dari industri dan masih terdapat kulit kayu. Kayu sebetan diperoleh dari limbah industri kayu
  3. Kayu Industri (limbah kering), merupakan sisa potongan yang tidak terpakai atau rusak dari produksi industri kayu. Potongan kayu biasanya sudah kering.
  4. Kayu Karet, merupakan kayu potong dari pohon karet. Kayu karet ini mengandung getah karet. Kayu karet diperoleh dari PTPN maupun pengepul kayu.
  5. Kayu Veneer, merupakan sisa potongan kayu dari industri veneer. Potongan kayu biasanya tipis dan panjang. 

Gambar 3. Konsumsi Bahan Kayu Untuk Papan Partikel di PT XYZ

Keterangan:

  1. Chipping merupakan suatu proses merubah limbah kayu (wood waste) menjadi ukuran lebih kecil (chip) dengan menggunakan mesin chipper. Melalui proses chipping akan menghasilkan ukran chip < 5 cm. Mesin chipper yang digunakan diantaranya: pallman, veco 1 dan 2, fezer.
  2. Flaking merupakan proses merubah bentuk potongan kayu dari bentuk chip hasil chipping menjadi bentuk flake                                               Gambar 4. Chip menjadi Serpih
  3. Drying merupakan proses mengeringkan material flake hingga kadar air (moisture content) dibawah 1.5%. Ketika masih berupa flake, MC berkisar antara 40-70%
  4. Screening merupakan proses yang bertujuan untuk memisahkan serbuk kayu (dust) dengan standart yang telah ditentukan. Serbuk kayu digolongkan sebagai limbah. Sebagain dust digunakan kembali sebagai bahan bakar dan sisanya dijual.
  • Dust  : < 0.28mm
  • Surface Layer  : 0,28 - 1,22mm
  • Core Layer  : 1,22 - 8mm
  • Oversize  : > 8mm,    Ukuran yang oversize akan masuk kembali ke pengolahan awal
     5. Blending merupakan proses pencampuran material surface layer (SL) dan core layer (CL) dengan resin dan bahan kimia lainnya. 
  • SL (Surface Layer) : Glue, hardener, air, emulsi
  • CL (Core Layer) : Glue, hardener, MDI, emulsi, SBS
       6. Forming merupakan mesin yang digunakan untuk menata material dengan cara menghamburkan material dengan angin bertekanan tinggi dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu SL1, CL, SL2.
        7. Pressing --> Pre Press, setelah lapisan mat dibentuk oleh Mesin Mat Forming kemudian lapisan tersebut di kempa awal dengan mesin pre press. Tujuan mesin pre press adalah untuk memadatkan mat dan mempermudah pembentukan thickness pada proses selanjutnya.
         8. Pressing --> Hot Press, merupakan proses di contiroll yang mana dilakukan pengempaan panas yang berfungsi untuk membentuk lapisan mat yang telah tercampur dengan glue, hardener, dan additives lainnya agar mengeras menjadi lembaran partikel board dengan ketebalan sesuai dengan setting program yang diinginkan
          9. Cutting, terdiri dari 3 bagian yaitu:
    • Trimming : pemotogan pada bagian tepi kanan dan kiri dari big board hasil produksi
    • Cross cut : pemotongan diagonal pada big board hasil produksi (misal 8 ft, 9ft, dll)
    • Cut to size : pada proses cut to size big board akan dipotong sesuai dengan soze pesanan dari customer (misalnya: 4 x 8ft, 4 x 6ft, 4 x 9ft, dll).  Board yang setelah keluar dari mesin cut to size disebut Raw Board
        10. Cooling, merupakan proses mengistirahatkan particle board agar lebih set
      11. Sanding, merupakan proses pengamplasan pada kedua permukaan partikel board dengan         menggunakan mesin sanding dan amplas sesuai standar grid yang telah ditentukan
    • Kikuwa --> Grid amplas : P40
    • Kalibrasi--> Grid amplas : P60
    • Finishing--> Grid amplas finishing 1 : P 100, Grid amplas finishing 2 : P 120
        Produk partikel board yang dihasilkan oleh PT XYZ telah menembus pasar internasional. Konsumsi pasar 85% masih pasar lokal dan 15% sudah internasional Untuk pasar lokal sendiri, papan partikel dibeli dalam jumlah besar kemudian dirakit ulang menjadi produk furnitur. Jadi pada intinya PT XYZ hanya menjual bahan dasar berbentu partikel board. Untuk pasar internasional paling banyak di negara Amerika. Dalam memenuhi permintaan pasar, PT XYZ telah memiliki serangkaian sertifikasi guna mendukung penjualannya.  Dalam lini produksi particle board di PT XYZI telah mengantongi beberapa ijin sertifikasi antara lain: 
    1. JIS , merupakan standarisasi yang digunakan untuk kegiatan produksi di Jepang. JIS Mark dapat digunakan dalam berbagai produk yang telah memenuhi standar JIS dalam kriteria kualitas produk, cara uji dan kondisi lain yang ditentukan. Tujuan dari JIS adalah untuk menjaga kualitas secara stabil dan cintinue serta untuk menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat
    2. ISO 9001, merupakan sertifikasi yang berorientasi pada layanan pelanggan dan standart manajemen mutu. Standar ISO 9001 memastikan bahwa organisasi menawarkan produk berkualitas sekaligus mendorong dan bertindak atas umpan balik pelanggan, pengguna akhir dan bahan pengatur.
    3. ISO 14001, merupakan sertifikasi dimana perusahaan menunjukkan tanggungjawabnya terhadap lingkungan
    4. CARB, merupakan sertifikat yang bertujuan untuk menaikkan dan menjaga kesehatan dan kondisi sebaik-baiknya dari sumber ecological dengan cara mengurangi polusi udara serta untuk menjamin keamanan dan kualitas udara bersih, melindungi masyarakat dari polusi emisi. Semua produk partikel board yang di ekspor ke Amerika harus bersertifikat CARB.
    Untuk memenuhi pasar ekport sangatlah berat. Setiap negara mempunyai kebijakan tersendiri jika ada produk yang akan di impor ke negaranya. Seperti halnya JIS, yang mana sertfikasi tersebut hanya dikhususkan untuk memenuhi kriteria pasar di Jepang. Begitu juga CARB, dimana produk yang bisa masuk di pasar Amerika harus telah memenuhi sertifikasi CARB.
            








    Continue reading Belajar Partikel Board Di PT XYZ Indonesia

    Selasa, 16 Januari 2024

    Proses Pengendalian Kualitas (Quality Control) di Industri Furnitur

     Hai,,, Sudah lama banget ak gak update tulisan di blog ini. Udah 1 tahunan kali yaa..Sebenarnya ingin skali ak tuh skali ngasih informasi yang bermanfaat bagi para pembaca. 
    Sedikit cerita sih..Awal-awal aku buat blog ini itu untuk menampung informasi sebagaimana aku kerja . Jadi apa yang ak peroleh di lapangan sebisa mungkin ak tuangkan di blog ini.
    Ak liat grafik blog, alhamdulillah ada tulisan ku yang mencapai 8000 pembaca. Senang sekali pastinya...tulisan ku tuh bermanfaat..
    Beberapa waktu kemarin aku sangat concern sama topik tentang kehutanan. Namun saat ini aku dah pindah kerja, dan tulisan di blog ini akan menyesuaikan dengan apa yang ak peroleh di tempat kerja yaa..

    Naah.. Kali ini aku memberikan kalian bacaan terkait kegiatan pengendalian kualitas atau sering disebut QC (Quality Control). 
    Beberapa waktu lalu, ak tuh sempat melakukan magang di industri furnitur tepatnya di PT Rajawali Perkasa Furnitur yang ada di Kabupaten Pati Jawa Tengah. Hasil dari observasi tentang QC akan aku jabarkan sebagai berikut yaa.. :))


    Pengendalian Kualitas (Quality Control)

    Quality Control (QC) merupakan proses yang untuk memastikan bahwa barang yang produksi sudah seperti dengan kriteria atau standart yang telah ditetapkan. Kegiatan QC ini memastikan bahwa barang yang nantinya diterima konsumen adalah barang yang layak dan membuat konsumen puas pada barang tersebut. Devisi Quality Control pada perusahaan bertugas menetapkan standart kualitas, mengawasi dan memverifikasi produk, dan memastikan seluruh produk sudah sesuai standart.
    PT RPF bergerak di bidang industry furniture. Pembuatan produk furniture melewati proses yang cukup panjang. QC dilakukan pada tiap tahapan yaitu QC komponen, QC mesin, QC assembling, QC finishing, QC packing, dan yang terakhir yaitu inspek dimana QC dilakukan oleh QC buyer.

    1.   1. QC Pembahanan, terdapat pada bagian bendsaw dan komponen. QC pembahanan bendsaw bertugas memastikan bahwa ukuran komponen yang dipotong susah sesuai, mendeteksi adanya cacat pada komponen seperti alur minyak, pecah, busuk, doreng, pinhole, mata mati. Adanya cacat kayu tersebut disesuaikan dengan permintaan dari buyer, sehingga tidak semua kayu cacat dibuang. Kategori cacat yang tidak bisa ditoleransi adalah pecah dan busuk dan cacat pinhole. Untuk cacat pinhole sendiri masih dideteksi jumlah pinhole dan kondisi yang ada, misalkan hanya terdapat 1 ato 2 dan dapat diatasi dengan suntik maka kayu tersebut masih dapat digunakan.

    2. QC komponen kayu memastikan kayu yang keluar dari Killn dry berupa ukuran, kelembaban, dan cacat. MC mater saat keluar dari killndry ketentuan yaitu < 10, mensortir komponen yang reject pecah, busuk, dan lainnya. Biasanya meskipun pada bendsaw sudah di QC terkadang tetap ditemukan cacat kayu komponen.

    Gambar 1. Pengukuran Kadar Air

    3. QC mesin memastikan bahwa komponen di proses pada mesin yang sesuai, ukuran komponen sesuai, mengecek kayu yang reject

    2.     4. QC assembling memastikan komponen sudah terakit dengan benar. Beberapa hal yang dikontrol saat perakitan yaitu

    ·       Kerekatan lem : lem dipastikan sudah mengeras dengan kuat. Jika dalam 1-2 jam lem masih empuk dan mudah pudar berari pengeleman gagal dan harus diulang. Kegagalan lem biasanya terjadi karena takaran campuran yang tidak benar.

    ·       Keseragaman ukuran : Ukuran menjadi point krusial yang diperhatikan. Pengukuran dilakukan dengan pengamatan tiap bagian komponen. Selain itu dapat diamati dengan cara menjajarkan produk sample dengan produk yang dibuat kemudian diamati kesamaan ukurannya (produk ukuran kecil). Untuk ukuran yang besar seperti dining table, bench akan diuji kekuatan di tiap sambungannya.

    Gambar 2. Proses QC keseragama ukuran.

    ·       Kerapian : Kerapian dapat dilihat dari kerataan setelah proses gerinda, pemasangan hardware, kerapian sambungan. Part yang gupil saat pemasangan screw atau dowel dapat diatasi dengan menutupinya dengan campuran serbuk kayu dan lem

    ·       Cacat : Meskipun telah melewati QC di pembahanan namun terkadang masih terdapat komponen cacat yang lolos. Adapun cacat kayu yang ditemukan seperti pinhole. Pinhole jika masih dapat diperbaiki akan diberikan cairan namun jika tidak dapat diperbaiki akan masuk afkir. Serat pecah dan busuk kayu juda sering ditemukan.

    3.     5. QC anyam. Ada tidaknya anyam tergantung pada desain produk. Pada QC anyam yang dicek adalah pola, warna, ukuran, kerapatan anyaman, kerapian (kelurusan, kesejajaran)

    4.  6.  QC cushion .Ada tidaknya cushion tergantung pada desain produk. QC cushion memastikan bahwa semua bahan busa, kain lapisan dan jahita sudah sesuai dan tidak ada cacat

    5.  7. QC cover.Ada tidaknya cushion tergantung pada desain produk. QC cover dimulai dari bagian pemotongan hingga menjahit kain. Bagian QC memastikan bawa kain yang digunakan sudah sesuai warna, ukuran, pola, tidak ada cacat, kerapian jahitan dan mengelompokkan cover sesuai per set produknya,.

    6.  8. QC finishing memastikan hasil akhir sudah sesuai permintaan. Untuk finishing ada 3 warna yaitu natural, grey, dan brown. Hasil akhir disesuaikan dengn warna dari sample.

    Gambar 3. Perbandingan hasil finishing dengan sample

    7. 9. QC Packing memastikan ukuran box packing, memastikan jumlah box packingm memastikan komponen-komponen untuk packing, memastikan produk sudah masuk ke dalam box packing yang sesuai, memastikan penataan packing, memastikan penandaan box packing sudah tertempel sesuai ketentuan. 

    Gambar 4. Proses Packing Kursi di Box

    8. Setelah dilakukan QC dari internal nantinya akan dilakukan inspek dari QC buyer. Tiap buyer mempunyai standart QC yang berbeda-beda. Adapun treatment yang dilakukan QC buyer adalah:

    ·   * Droptest, jika produk adalah produk baru. Produk tersebut dibuat oleh RnD sample. Dan saat QC dengan buyer, perwakilah dari RnD sampel mendampingi. Untuk produk sampel dilakukan uji droptest, namun untuk mass product tidak pelu dilakukan droptest. Uji droptest dilakukan dengan memberikan beban pada bagian-bagian tertentu dengan beban sesuai ketentuan per bagian. Selanjutnya uji banting dimana produk sudah dalam kondisi packing kemudian diuji banting pada segala posisi dengan ketinggian banting yang sudah ditentukan.

    Gamabr 5. Uji Beban Pada Produk Sample

    ·      * MC meter untuk menguji kadar air. Memastikan bahwa produk sudah dalam kadar air sesuai ketentua yaitu kurang dari 10%

    *· *Glossmeter untuk menguji tingkat kekilauan finishing. Setiap produk sudah ditentukan tingkat kekilaunnya. Oleh karena itu tiap produk harus diukur agar sesuai dengan permintaan buyer. 

    Gambar 6. Pengujian glossmeter

    ·   *Transfer warna dilakukan untuk mengetest apakah warna finishing masih luntur. Transfer warna dilakukan menggunakan kain putih/ kapas putih yang dibasahi dengan air kemudian digosok-gosokan pada komponen produk.

    Gambar 7. QC transfer warna

    ·       *Cacat finishing dilakukan untuk mencegek apakah ada bagian finishing yang kurang sempurnya seperti glize tidak rata/ terlalu tebal, warna tidak rata, masih ada bagian yang kasar. Jika masih ada yang kurang sesuai akan masuk lagi ke bagian touch-up untuk diperbaiki

    Gambar 8. Proses Touch-Up Glize

    Produk yang belum lolos QC buyer akan di kembalikan lagi untuk di service. Service ini akan didamping oleh bagian produksi untuk memastikan bahwa service sudah dilakukan sesuai dengan perbaikan dari QC buyer.

    Pada dasarnya proses produksi merupakan suatu rangkaian dari hulu hingga hilir yaitu dari proses pembahanan hingga finishing. Tiap tahapan harus ada pengawasan yang ketat untuk mengurangi terjadinya cacat. Terjadinya cacat akan menimbulkan masalah berupa keterlambatan waktu selesai pengerjaan, meningkatnya biaya produksi, bahkan mengurangi kepercayaan buyer.

    Continue reading Proses Pengendalian Kualitas (Quality Control) di Industri Furnitur

    Minggu, 29 Mei 2022

    Resin For Funiture

     When we discuss about home , furniture have big proportion to discuss. Furniture industry development very fast, it be push industrial player to make more diversification products. Improventment product varioation, can get with resin. So, what is resin? well , let me know to describe resin. Resin is chemical subtation it is thick, transparant, not soluble in water and flammable. We can find resin in nature like from pines and insects. Resin already used for long time ago and now more develop.

    I have joined resin trainning  few week ago. On this article i want to share my knowledge about resin. There are two variants resin. They are epoxy and polyester. Two of them have basic similiar benefit. But, although have similiar benefit there are high difference of quality product. Epoxy resin is more pricey that polyester. There are difference both of them:

    1. shelf life : epoxy is longer and polyester is shorter

    2. mixing : epoxy is easier and polyester is more difficult

    3. scent : epoxy is unscent and polyester is sharp scent

    4. casting : maximal casting of epoxy is 2 cm and ployester have longer time to dry while casting is thicker.

    5.dry time : epoxy didnot depent with temperature and polyster depent with temperature (25-30 celcius degree)

    6. Savety : epoxy are save and fireproof and polyester can destroy sterofoam, plastic, photo with ink

    7. Final result : epoxy are dry and clear and polyester need top coat and little bit sticky

    8. Strength : epoxy is elastic and polyester is easy to crack


    Picture 1. Epoxy Resin from Propan Brand

    Furtniture resin have high price because raw material is expensive and should have good skill. So, furniture resin worth to develop. The factors to considered for resin application are:

    1. Mold

    The mold material from silicon or wood. It is easier when use mold silicon but it is limitless shape. Wood mold have more variation shape because you made mold according the needed. When we use wood mold make sure that every corner covered. Do not forget to covered base and edge with masking tape.

    2. Material

    Not at all material can combine with resin because resin are hotness and dry. Some of materials like flowers or leaves can not combine with resin. They can be burn and the result can not maximal.

    3. Wheather dan humidity

    Resin polyester need certain temperature and humidity to dry. For example, when temperature is coller it will impact to dry process will be more difficult. In otherwise, when temperature is hotter make resin easier to crack. 

    4. Ratio of resin and catalys

    Mixing among resin and catalys is a important thing. Mixing ratio which not accurate would impact to power drying resin. Less mixing would resin couldnot drying perfectly and over mixing would resin cracked.

    5. Choose resin type

    Determination type resin depend on needed. In fact, polyester using more than epoxy using. it was because signification price among them. Plyester price is Rp 30.000,- - Rp 70.000,-/ litre and epoxy resin is Rp 300.000,-/ litre.

    Nowdays, technoloy growht very fast, it is easiet to get information about everything. we could  got Knowledge and research about resin from internet like youtube tutorial , research from journal, and etc. Now, i would  shared tutorial which contain some detail attention when learn making furniture resin. 

    1. Mold and material

    We mush determined what would we made, so we could choosen materials and mold size we needed.

                                                                                
                                                                                Picture 2. 

    Picture 2 is table molding with variation of arrangement wooden block. The mold made from plywood with size 50 cm x 60 cm x 3cm. Made sure that molding have right angle, precision, and tightly. Inside the mold have to covered by transparant duct tape. This function is to covered genuie part of wood and made it easier to take resin from the mold. Next step is arranged wooden block according our taste. Before pouring the resin, we should coveres sides part of wooden block with mixing catalisator and resin with ratio 2:1. The mixing has layered over molding base. It took more than 2 hour until dried. But, if it let 2 hours or more is better because it made liquid mix seep depper into the wooden pores. The function covered base molding with liquid mix was to avoided buble pops or water from wooded pores. Therefore, wood with high moisture did not allowed to used. 

    2. Preparing mixing

    This experiment use epoxy resin from propan brand. One set resin + catalisator size 1lt is Rp 300.000,-. Comparation resin A and catalisator (B) was 2:1 . When we made mixing, we should know basic calculating. If wanted coloring resin it could added pasta coloring 2-5% from resin A volume.

    Picture 3

    Making resin mixing need comparation 2:1 (resin:catalisator). Picture 3 showed that first layer volume is 2.8 lt then we could made mixing 1.8 lt for resin and 0.9 lt for catalisator. Thickness pouring of epoxy resin maximum 2 cm to avoid crack. When a mold have 3 cm of thickness it did twice pouring. The first pouring is 2 cm then take a rest 4 hours and the second is 1 cm.

    3. Pouring Resin

    Mold potition before it would poured had to flat potition. To make sure the mold did not crooked it could used waterpass. After poured resin, it will be bubble pops on surface layer. Bubble pops can be clear by hairdyer or flame gun. Take attention for distance and temperatur to avoid resin burn. 

    Picture 4

    Picture 5


    Picture 5 showed resin variation with blue and silver. After mold already dried it can be released and finishing. Subpriority of epoxy resin is while finishing process did not cause crack because epoxy resin are elastic and strong.

    Picture 6

     

                                                                                    Picture 7
    Picture 6 and 7 showed that crack and bubbe pops. It means there was pouring process exceed 2 cm and the mixing will be hotter. It impact the mixing easy to broken. To keep temperature not too hot, it can use fan to reduce hot temperatur in hardning process. Bubble pops on base mold caused of  pores closure not well formed with resin layer however puring be doned.

    This is my article, i hope information can help the reader to add your knowledge about resin in furniture. If on this article have any incorrect information, please call me so we can discuse and solve together to make this article be better than before. Thank you for your attention



    Continue reading Resin For Funiture

    Kamis, 24 Maret 2022

    Pemanfaatan Resin Untuk Furniture

        Ketika membahas tentang hunian pastinya tidak lepas dari yang disebut furniture. Furniture dapat mendominasi kebutuhan dari isi rumah. Perkembangan industri furniture sangat pesat dan mendorong para pelaku industri untuk menyajikan bentuk furniture yang diminati konsumen. Untuk menaikan nilai estetika furniture salah satunya dapat dikombinasikan dengan resin. Sehingga akan menghasilkan furniture yang mempunyai nilai seni tinggi berserta nilai jual yang meningkat pula. Resin diartikan sebagai zat kimiawi yang bersifat kental, transparan, tidak larut dalam air dan mudah terbakar. Kita dapat menemukan resin alami dari beberapa jenis tanaman (pinus) dan jenis serangga. Penggunaan resin juga sudah dimanfaatkan dari jaman dahulu dan semakin berkembang hingga sekarang.                        
        Pada artikel ini akan saya akan menjelaskan sedikit pengetahuan saya tentang  resin yang digunakan di bidang furniture. Terdapat dua jenis resin yang paling banyak digunakan di dunia yaitu Resin Polyester dan Resin Epoxy. Kedua jenis resin tersebut pada dasarnya mempunyai kesamaan fungsi namun terdapat perbedaan kualitas yang sangat mecolok. Harga resin epoxy dibandrol jauh lebih mahal dibandingkan resin polyester. Selain dari segi harga adapun beberapa perbedaan diantara kedua resin tersebut yaitu :.
    Kategori Polyester Epoxy
    Umur simpan Lebih pendek (kurang lebih 6 bulan) lebih lama
    Pencampuran Sulit Mudah
    Bau Tajam Cenderung tidak berbau
    Pengecoran Semakin tebal kedalaman cor semakin lama waktu kering Maksmal kedalaman cor 2cm
    Waktu kering bergantung pada suku (25-30) derajad Celcius Tidak bergantung pada suhu
    Keamanan Dapat melarutkan sterofoam, plastik, dan foto bertinta cenderung aman dan tahan api
    Hasil akhir Masih perlu top coat dan setelah kering masih agak lengket kering dan bening
    Kekuatan Getas atau mudah retak lebih elastis

        
    Gambar 1. Resin Epoxy merk Propan

        Furniture resin mempunyai tarif harga yang cukup tinggi, tentu saja peminatnya adalah kalangan menengah keatas dan juga menjadi komoditas skala eksport. Hal tersebut sangat wajar dikarenakan bahan baku mahal, ketrampilan yang mumpuni, dan proses pembuatan yang tidak sebentar. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam aplikasi resin antara lain:

    1. Cetakan
    Cetakan dapat terbuat dari silikon maupun kayu. Penggunaan silikon cenderung lebih mudah namun kelemahannya sulit mendapatkan bentuk cetakan sesuai yang kita inginkan. Berbeda dengan cetakan kayu yang lebih fleksibel dapat dibuat sesuai keinginan. Saat menggunakan cetakan kayu pastikan tiap sudut cetakan presisi dan sudut siku harus tertutup kemudian ditiap sisi dalam dilapisi dengan selotip atau lakban.

    2. Bahan 
    Tidak semua bahan dapat disandingkan dengan resin karena resin mempunya sifat panas dan kering. Beberapa bahan seperti bunga atau daun tidak dapat dikombinasikan dengan resin karena bisa terbakar dan hasil nya tidak bisa maksimal.

    3. Cuaca dan Kelembaban Udara
    Resin polyester membutuhkan suhu dan kelembaban tertentu untuk kering. Misalnya jika suhu terlalu dingin resin akan sulit kering sebaliknya jika suhu terlalu tinggi maka resin akan mudah pecah.

    4. Perbandingan resin dan katalis
    Pencampuran resin dan katalis adalah faktor yang sangat penting. Perbandingan campuran yang tidak tepat akan berengaruh terhadap tingkat kekeringan resin. Campuran kurang akan mengakibatkan resin tidak kering dan sebaliknya campuran berlebihan membuat resin mudah retak.

    5. Menentukan tipe resin
    Penentuan tipe resin sesuai dengan kebutuhan. Pada faktanya penggunaan resin polyester lebih banyak dibandingkan dengan epoxy dikarenakan harganya yang signifikan. Harga per liter Polyester dibandrol senilai Rp 30.000 - Rp 70.000 / lt dan resin Epoxy dengan harga Rp 300.000/lt.

    Berbekal teknologi saat ini, kita sangat muda memperoleh ilmu dalam membuat furniture resin. Banyak sekali tutorial di youtube pembuatan furniture resin, terlihat mudah namun banyak hal yang harus diperhatikan saat kita mulai mencoba membuat campuran resin.  Berikut akan dijelaskan langkah yang diperlukan dalam membuat furniture resin:

    1. Cetakan dan Bahan
    Kita harus menentukan apa yang akan dibuat, misalnya meja yang akan dilapisi resin atau membuat hiasan resin.

    Gambar 2.
    Pada gambar 2 merupakan cetakan meja dengan variasi susunan balok kayu. Cetakan terbuat dari plywood dengan ukuran dimensi 50 cm x 60 cm x 3 cm. Pastikan cetakan harus siku, presisi dan rapat. Sisi dalam cetakan harus dilapisi dengan selotip ataupun lakban. Kemudian susun kayu/ balok variasi sesuai selera. Sebelum menuangkan resin pori-pori kayu harus ditutup menggunalan pelapis yang terbuat dari campuran resin dan katalisator dengan perbandingan 2:1. Campuran tersebut dioleskan ke seluruh permukaan kayu yang akan terkena resin. Diperlukan waktu kurang lebih dua jam paling cepat namun jika didiamkan lebih lama akan lebih baik sehingga bisa dipastikan campuran meresap ke dalam pori-pori kayu dan kering. Fungsi dari menutup pori kayu adalah untuk menghindari keluarnya gelembung udara maupun air dari pori kayu. Oleh karena itu, kayu yang masih mempunyai kadar air tinggi tidak disarankan untuk digunakan. 

    2. Mempersiapkan campuran
    Pada praktek kali ini menggunakan resin epoxy merek propan. Satu set resin + katalisator ukuran 1 lt hartanya Rp 300.000,-. Perbandingan resin (A) dan katalisator (B) adalah 2:1. Saat kita membuat campuran harus berdasarkan volume dari media yang akan dituang resin. Jika menghendaki resin berwarna dapat ditambahkan pasta warna sebanyak 2-5% dari volume resin (A).
    Gambar 3
    Untuk membuat campuran membutuhkan perbandingan 2:1 (resin : katalisator (hardner)). Pada gambar 3, volume lapisan pertama yaitu 2.8 lt sehingga dapat kita campurkan 1,8 lt resin dan 0,9 lt katalisator (harner). Ketebalan pengecoran resin epoxy maksimal 2 cm untuk menghindari pecahnya resin saat kering. Sehingga jika sebuah cetakan mempunyai tebal 3 cm maka dilakukan 2 kali pelapisan yakni yang pertama 2 cm ditunggu sampai kering kurang lebih 4 jam dan lapisan kedua 1 cm. 

    3. Pengecoran Resin
    Pengecoran resin merupakan istrilah dari prosen menuangkan resin ke dalam cetakan maupun media yang akan dilapisi resin. Posisi cetakan harus datar, untuk memastikan cetakan tidak dalam kondisi miring dapat menggunakan waterpass. Setelah menungakan resin, gelembung akan muncul pada permukaan resin. Gelembung dapat dihilangkan dengan menggunakan hairdyer maupun flame gun. Perhatikan jarak dan suhu api untuk menghindari resin terbakar. 


    Gambar 4
    Gambar 5.


    Pada gambar 4 diperlihatkan variasi resin warna biru campur silver. Setelah kering total cetakan dapat dilepas dan tinggal finishing. Kelebihan resin epoxy saat dilakukan finishing resin tidak pecah karena mempunya sifat lentur dan kuat. 

    Gambar 6.


    Gambar 7.

    Pada gambar 6 dan 7 memperlihatkan pecah (crack) resin dan terbentuknya gelembung di dalam resin. Pecah yang terjadi  disebabkan pengecoran melebihi 2 cm sehingga resin menjadi sangat panas dan gampang pecah. Untuk menjaga suhu resin tidak terlalu panas maka bisa disiapkan kipas angin untuk mengurangi panas dalam proses pengerasan resin. Gelembung pada dasar resin disebabkan karena penutupan pori-pori oleh pelapisan resin belum kering sepenuhnya namun sudah dilakukan pengecoran resin. 
        
    Sekian informasi tentang resin furniture yang sudah saya bahas. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi teman-teman pembaca. Jika ada pertanyaan atau berbagi ilmu tentang resin bisa disampaikan di kolom komentar yaa, terimakasih.. ^__^










      
    Continue reading Pemanfaatan Resin Untuk Furniture