Selasa, 16 Januari 2024

Proses Pengendalian Kualitas (Quality Control) di Industri Furnitur

 Hai,,, Sudah lama banget ak gak update tulisan di blog ini. Udah 1 tahunan kali yaa..Sebenarnya ingin skali ak tuh skali ngasih informasi yang bermanfaat bagi para pembaca. 
Sedikit cerita sih..Awal-awal aku buat blog ini itu untuk menampung informasi sebagaimana aku kerja . Jadi apa yang ak peroleh di lapangan sebisa mungkin ak tuangkan di blog ini.
Ak liat grafik blog, alhamdulillah ada tulisan ku yang mencapai 8000 pembaca. Senang sekali pastinya...tulisan ku tuh bermanfaat..
Beberapa waktu kemarin aku sangat concern sama topik tentang kehutanan. Namun saat ini aku dah pindah kerja, dan tulisan di blog ini akan menyesuaikan dengan apa yang ak peroleh di tempat kerja yaa..

Naah.. Kali ini aku memberikan kalian bacaan terkait kegiatan pengendalian kualitas atau sering disebut QC (Quality Control). 
Beberapa waktu lalu, ak tuh sempat melakukan magang di industri furnitur tepatnya di PT Rajawali Perkasa Furnitur yang ada di Kabupaten Pati Jawa Tengah. Hasil dari observasi tentang QC akan aku jabarkan sebagai berikut yaa.. :))


Pengendalian Kualitas (Quality Control)

Quality Control (QC) merupakan proses yang untuk memastikan bahwa barang yang produksi sudah seperti dengan kriteria atau standart yang telah ditetapkan. Kegiatan QC ini memastikan bahwa barang yang nantinya diterima konsumen adalah barang yang layak dan membuat konsumen puas pada barang tersebut. Devisi Quality Control pada perusahaan bertugas menetapkan standart kualitas, mengawasi dan memverifikasi produk, dan memastikan seluruh produk sudah sesuai standart.
PT RPF bergerak di bidang industry furniture. Pembuatan produk furniture melewati proses yang cukup panjang. QC dilakukan pada tiap tahapan yaitu QC komponen, QC mesin, QC assembling, QC finishing, QC packing, dan yang terakhir yaitu inspek dimana QC dilakukan oleh QC buyer.

1.   1. QC Pembahanan, terdapat pada bagian bendsaw dan komponen. QC pembahanan bendsaw bertugas memastikan bahwa ukuran komponen yang dipotong susah sesuai, mendeteksi adanya cacat pada komponen seperti alur minyak, pecah, busuk, doreng, pinhole, mata mati. Adanya cacat kayu tersebut disesuaikan dengan permintaan dari buyer, sehingga tidak semua kayu cacat dibuang. Kategori cacat yang tidak bisa ditoleransi adalah pecah dan busuk dan cacat pinhole. Untuk cacat pinhole sendiri masih dideteksi jumlah pinhole dan kondisi yang ada, misalkan hanya terdapat 1 ato 2 dan dapat diatasi dengan suntik maka kayu tersebut masih dapat digunakan.

2. QC komponen kayu memastikan kayu yang keluar dari Killn dry berupa ukuran, kelembaban, dan cacat. MC mater saat keluar dari killndry ketentuan yaitu < 10, mensortir komponen yang reject pecah, busuk, dan lainnya. Biasanya meskipun pada bendsaw sudah di QC terkadang tetap ditemukan cacat kayu komponen.

Gambar 1. Pengukuran Kadar Air

3. QC mesin memastikan bahwa komponen di proses pada mesin yang sesuai, ukuran komponen sesuai, mengecek kayu yang reject

2.     4. QC assembling memastikan komponen sudah terakit dengan benar. Beberapa hal yang dikontrol saat perakitan yaitu

·       Kerekatan lem : lem dipastikan sudah mengeras dengan kuat. Jika dalam 1-2 jam lem masih empuk dan mudah pudar berari pengeleman gagal dan harus diulang. Kegagalan lem biasanya terjadi karena takaran campuran yang tidak benar.

·       Keseragaman ukuran : Ukuran menjadi point krusial yang diperhatikan. Pengukuran dilakukan dengan pengamatan tiap bagian komponen. Selain itu dapat diamati dengan cara menjajarkan produk sample dengan produk yang dibuat kemudian diamati kesamaan ukurannya (produk ukuran kecil). Untuk ukuran yang besar seperti dining table, bench akan diuji kekuatan di tiap sambungannya.

Gambar 2. Proses QC keseragama ukuran.

·       Kerapian : Kerapian dapat dilihat dari kerataan setelah proses gerinda, pemasangan hardware, kerapian sambungan. Part yang gupil saat pemasangan screw atau dowel dapat diatasi dengan menutupinya dengan campuran serbuk kayu dan lem

·       Cacat : Meskipun telah melewati QC di pembahanan namun terkadang masih terdapat komponen cacat yang lolos. Adapun cacat kayu yang ditemukan seperti pinhole. Pinhole jika masih dapat diperbaiki akan diberikan cairan namun jika tidak dapat diperbaiki akan masuk afkir. Serat pecah dan busuk kayu juda sering ditemukan.

3.     5. QC anyam. Ada tidaknya anyam tergantung pada desain produk. Pada QC anyam yang dicek adalah pola, warna, ukuran, kerapatan anyaman, kerapian (kelurusan, kesejajaran)

4.  6.  QC cushion .Ada tidaknya cushion tergantung pada desain produk. QC cushion memastikan bahwa semua bahan busa, kain lapisan dan jahita sudah sesuai dan tidak ada cacat

5.  7. QC cover.Ada tidaknya cushion tergantung pada desain produk. QC cover dimulai dari bagian pemotongan hingga menjahit kain. Bagian QC memastikan bawa kain yang digunakan sudah sesuai warna, ukuran, pola, tidak ada cacat, kerapian jahitan dan mengelompokkan cover sesuai per set produknya,.

6.  8. QC finishing memastikan hasil akhir sudah sesuai permintaan. Untuk finishing ada 3 warna yaitu natural, grey, dan brown. Hasil akhir disesuaikan dengn warna dari sample.

Gambar 3. Perbandingan hasil finishing dengan sample

7. 9. QC Packing memastikan ukuran box packing, memastikan jumlah box packingm memastikan komponen-komponen untuk packing, memastikan produk sudah masuk ke dalam box packing yang sesuai, memastikan penataan packing, memastikan penandaan box packing sudah tertempel sesuai ketentuan. 

Gambar 4. Proses Packing Kursi di Box

8. Setelah dilakukan QC dari internal nantinya akan dilakukan inspek dari QC buyer. Tiap buyer mempunyai standart QC yang berbeda-beda. Adapun treatment yang dilakukan QC buyer adalah:

·   * Droptest, jika produk adalah produk baru. Produk tersebut dibuat oleh RnD sample. Dan saat QC dengan buyer, perwakilah dari RnD sampel mendampingi. Untuk produk sampel dilakukan uji droptest, namun untuk mass product tidak pelu dilakukan droptest. Uji droptest dilakukan dengan memberikan beban pada bagian-bagian tertentu dengan beban sesuai ketentuan per bagian. Selanjutnya uji banting dimana produk sudah dalam kondisi packing kemudian diuji banting pada segala posisi dengan ketinggian banting yang sudah ditentukan.

Gamabr 5. Uji Beban Pada Produk Sample

·      * MC meter untuk menguji kadar air. Memastikan bahwa produk sudah dalam kadar air sesuai ketentua yaitu kurang dari 10%

*· *Glossmeter untuk menguji tingkat kekilauan finishing. Setiap produk sudah ditentukan tingkat kekilaunnya. Oleh karena itu tiap produk harus diukur agar sesuai dengan permintaan buyer. 

Gambar 6. Pengujian glossmeter

·   *Transfer warna dilakukan untuk mengetest apakah warna finishing masih luntur. Transfer warna dilakukan menggunakan kain putih/ kapas putih yang dibasahi dengan air kemudian digosok-gosokan pada komponen produk.

Gambar 7. QC transfer warna

·       *Cacat finishing dilakukan untuk mencegek apakah ada bagian finishing yang kurang sempurnya seperti glize tidak rata/ terlalu tebal, warna tidak rata, masih ada bagian yang kasar. Jika masih ada yang kurang sesuai akan masuk lagi ke bagian touch-up untuk diperbaiki

Gambar 8. Proses Touch-Up Glize

Produk yang belum lolos QC buyer akan di kembalikan lagi untuk di service. Service ini akan didamping oleh bagian produksi untuk memastikan bahwa service sudah dilakukan sesuai dengan perbaikan dari QC buyer.

Pada dasarnya proses produksi merupakan suatu rangkaian dari hulu hingga hilir yaitu dari proses pembahanan hingga finishing. Tiap tahapan harus ada pengawasan yang ketat untuk mengurangi terjadinya cacat. Terjadinya cacat akan menimbulkan masalah berupa keterlambatan waktu selesai pengerjaan, meningkatnya biaya produksi, bahkan mengurangi kepercayaan buyer.

1 komentar: