Rabu, 22 Agustus 2018

Lebah Madu : Mengenal Madu Yang Berkualitas

     Madu dikenal sebagai bahan pangan yang telah lama dipercaya bagus untuk kesehatan tubuh. Madu berbentuk cairan manis yang diproduksi oleh lebah. Lebah mengambil nektar dan serbuk sari dari bunga untuk dijadikan sumber pakan dan sebagian disimpan untuk cadangan makanan. Ekstraksi nektar dan serbuk sari oleh lebah dibagi menjadi tiga kategori yaitu madu, royal jelly dan propolis. Tiap bagian tersebut dimanfaatkan oleh manusia sesuai dengan manfaatnya bagi kesehatan. Karena madu banyak manfaatnya, tidak heran permintaan madu sangatlah tinggi. Di pasaran telah tersedia berbagai produk madu baik dari segi jenis lebahnya dan kandungan madunya. Tapi saat berbicara tentang madu pastilah yang pertama perlu diperhatikan adalah keasliannya. Untuk mendapatkan madu asli dapat dibilang susah. Madu asli yang dimaksud adalah madu yang sumber pakannya dari bahan alam.
    Sebagian besar masyarakat masih awam terhadap madu sehingga banyak dari masyarakat mengonsumsi madu yang salah.  Ada beragam madu yang diperjualbelikan dari mulai dari jenis lebah, sumber pakannya, prosesnya, dengan rentang harga dari yang murah hingga yang mahal. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih madu yang akan dikonsumsi antara lain:
1. Jenis Lebah
Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal karena hidupnya berkelompok meskipun sebenarnya tidak semua lebah bersifat demikian. Semua lebah masuk dalam suku atau familia Apidae (ordo Hymenoptera: serangga bersayap selaput). Di dunia terdapat kira-kira 20.000 spesies lebah dan dapat ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika.
Sebagai serangga, ia mempunyai tiga pasang kaki dan dua pasang sayap. Lebah membuat sarangnya di atas bukit, di pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya dibangun dari propolis (perekat dari getah pohon) dan malam yang diproduksi oleh kelenjar-kelelenjar lebah betina yang masih muda terdapat dalam badannya. Lebah memakan nektar bunga dan serbuk sari. (sumber: wikipedia)
Dalam suatu kelompok (disebut "koloni") terdapat tiga "kasta", yaitu:
  1. lebah ratu, berjenis kelamin betina merupakan induk semua lebah dalam satu koloni dalam satu koloni hanya satu ekor lebah ratu.
  2. lebah betina, dikenal sebagai lebah pekerja jumlah lebah pekerja bisa mencapai puluhan ribu, 30.000 ekor lebah dan yang bibit unggul bisa mencapai sampai 60.000 ekor lebah.
  3. lebah jantan, jumlahnya hanya ratusan ekor lebah
Untuk di Indonesia sendiri ada empat jenis lebah yang biasa dimanfaatkan untuk memproduksi madu. Jenis lebah tersebut yaitu : apis melifera, apis cerana, apis dorsata, dan apis trigona. Dari empat jenis lebah tersebut ada yang bisa dibudidayakan dan ada yang tidak bisa dibudidayakan. Lebah jenis A. Melifera, A. Cerana, dan A. Trigona dapat dibudidayakan karena cenderung masih bisa dikendalikan manusia. Berbeda dengan A. Dorsata (lebah hutan) yang mempunyai sifat liar dan mudah menyerang manusia. Pemanenan madu A. Dorsata selama ini masih mengandalkan pengambilan di hutan. 
2. Sumber Pakan
     Seperti makhluk hidup lainnya, lebah bertahan hidup dengan ketersediaan sumber pakan. Lebah memperoleh pakan berupa nektar dan serbuk sari dari bunga tanaman. Tetapi tidak semua jenis bunga dapat dijadikan sumber pakan seperti : bunga bank, bunga desa, dan bunga plastik..hehehe
Dalam pengelolaan budidaya lebah madu faktor esensial yang diperhatikan adalah ketersediaan pakan.  
Sebagian besar petani lebah tidak mempunyai lahan yang luas sebagai lokasi bubidaya. Mereka menumpang atau bermitra dengan pemilik lahan kehutanan dan perkebunan. 

Banyak madu dipasaran dijual dengan penamaan tanaman maupun buah-buahan. Hal itu disesuaikan dengan musim berbungannya sumber pakan, misalnya: madu kelengkeng, madu randu, madu rambutan, dan lain-lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil madu budidaya adalah musiman. Jika berada pada musim tak ada bunga sekitar bulan juni-agustus maka lebah tidak akan meproduksi madu, meskipun ada hasilnya pasti sangat sedikit. Keterbatasan sumber pakan memicu banyaknya peredaran madu palsu/ madu oplosan. Sesuai dengan namanya madu palsu berbahan dasar bukan nektar maupun serbuk sari melainkan petani lebah menggunakan gula. Beberapa cara dilakukan untuk membuat madu palsu diantaranya:
1. Lebah di beri pakan cairan gula
2. Madu dioplos dengan gula
3. Madu dibuat dari gula murni
Untuk mengatasi keterbatasan sumber pakan, sebelum melakukan budidaya lebah maka dipastikan dulu ketersediaan sumber pakannya. Petani lebah harus rajin menanam tanaman maupun jenis bunga-bungaan. Untuk tanaman sebagai sumber pakan sebaiknya jenis tanaman dan atau bunga yang bisa berbunga sepanjang tahun. Ataupun paling tidak waktu bunganya saling berselang sehingga dapat saling menggantikan untuk memenuhi kebutuhan pakan setiap saat. 
3. Kualitas Madu
    Beberapa waktu lalu saya sempat berdiskusi dengan teman di Perhutani terkait madu. Salah satu kelompok masyarakat di wilayah kawasan hutan ampuan kawan terdapat pembudidaya madu. Kawan mengatakan bahwa saat musim tidak berbunga, lebah diberi apakan cairan madu. Seolah tidak ada pernyataan yang salah, kawan saya membenarkan bahwa tidak ada salahnya lebah diberi pakan gula. Lebah yang diberi makan gula akan menghasilkan madu yang kandungan glukosa nya tinggi seperti kita mengonsumsi gula pada umumnya. 
     Identifikasi untuk mengetahui perbedaan madu asli dengan madu palsu sangatlah sulit. Di internet banyak tersedia tips-tips membedakan madu asli dan madu palsu tetapi tidak sepenuhnya dapat membuktikan keakuratannya. Untuk mengetahui keaslian madu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Uji laboratorium
2. Mengunjungi peternak lebah nya
Selain keaslian madu yang perlu diperhatikan lagi adalah kebersihan madu. Kebersihan atau higienitas madu dinilai saat proses pemanenan. Pemanenan madu disarankan untuk menggunakan alat-alat yang bersih untuk mencegah masuknya kotoran maupun bakteri yang akan dikonsumsi. Sebagai contoh adalah madu hutan yang ketersediaannya melimpah di luar jawa. Madu hutan oleh masyarakat sekitar hutan dimanfaatkan sebagai salah satu mata pencaharian. Namun, aspek perlakuan tindakan pemanenan masih kurang memadai. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi dan pelatihan terkait pemanenan madu yang sesuai standar kesehatan. 

Dokumentasi

Gambar 1. Apis Cerana 


Gambar 2. Sumber Pakan



Gambar 3. Rumah Lebah

Continue reading Lebah Madu : Mengenal Madu Yang Berkualitas

Senin, 06 Agustus 2018

Kayu Putih : Proses Penyulingan Minyak Kayu Putih di KPH Yogyakarta

     Balai KPH Yogyakarta mempunyai kawasan kayu putih seluas ± 4.118,1 Ha. Tegakan kayu putih tersebar di empat BDH yaitu  BDH Playen, BDH Paliyan, BDH Karangmojo dan BDH Panggang. Tegakan kayu putih dikelola secara intensif untuk memproduksi daun sebagai bahan baku utama minyak kayu putih. Bagi KPH Yogyakarta, minyak kayu putih sudah berpuluh tahun menjadi  produk HHBK primadona. Minyak kayu putih diperoleh dengan melakukan penyulingan/ destilasi daun kayu putih. Proses penyulingan/destilasi minyak kayu putih merupakan proses untuk memisahkan bahan kimia berupa minyak yang terkandung di dalam daun kayu putih. Proses penyulingan minyak dilakukan di dua pabrik yang dimiliki Balai KPH Yogyakarta. Pabrik Sendangmole berlokasi di Desa Bunder, Kec. Playen, Kab. Gunungkidul dan Pabrik Gelaran berada di Desa Gelaran, Kec. Karangmojo, Kab. Gunungkidul. Perbedaan dari proses kerja kedua pabrik tersebut ialah Pabrik Gelaran masih menyuling secara tradisional  sedangkan Pabrik Sendangmole sudah menyuling secara modern dengan dilengkapi mesin berteknologi.
     Pada tulisan kali ini saya akan mendiskripsikan proses penyulingan minyak kayu putih di Pabrik Sendangmole. Proses penyulingan minyak dimulai bersamaan dengan proses pemangkasan daun kayu putih yakni pada Bulan April - Desember. Daun yang yang di pangkas dari lapangan kemudian disetorkan ke pabrik sendangmole.
Gambar 1. Muatan Daun Kayu Putih



Gambar 2. Tumpukan Daun Kayu Putih

     Daun yang sampai ke pabrik ditimbang kembali untuk mendapatkan angka berat yang lebih detail dengan penimbangan daun di lapangan. Daun kayu putih tersebut disuling menggunakan satu rangkaian mesin produksi yang mempunyai rincian sebagai berikut:
1. Kapasitas Produksi:
- Jumlah bak daun/ ketel :3 unit
- Kapasitas : 2 ton/ bak daun
- Lama siklus penyulingan : 8 jam (2 jam proses memasukan daun, 6 jam proses masak, 2 jam mengeluarkan daun)
- Kapasitas optimal : 18 ton daun / 24 jam
2. Bahan Bakar
- Listrik
- Limbah kayu putih dalam bentuk briket daun
3. Sistem Penyulingan
- Destilasi uap
4. Rendemen dan hasil produksi
- Berkisar 0.8% - 1%
- Saat musim kering rendemen tinggi dimana dalam 1 ton mampu menghasilkan 9-10 L minyak, sedangkan saat musim hujan rendemen turun yakni dari 1 ton daun menghasilkan 8- 9 L minyak.
     Tenaga kerja pada pada pabrik penyulingan minyak kayu putih berjumlah 6-8 orang yang terdiri dari 6 orang PNS, 1 orang outsourcing dan 1 orang cleaning service. Saat kegiatan pemasakan daun, dilakukan penambahan jumlah pegawai hingga mencapai 50 orang (buruh lepas). Adapun pembagian tugas proses penyulingan minyak kayu putih yaitu:
- tenaga timbang dan muat
- tenaga pembuat briket
- tenaga pengapian
- tenaga bongkar daun
- tenaga penakaran minyak
     Kegiatan pertama dalam pemasakan daun adalah mengisi bak air dari sumber air hingga penuh, Kemudian menyiapkan alat-alat seperti pompa condensor, cooling power, automatic box untuk pompa boiler, pompa water softner dan blower. Selanjutnya memasukan air dari bak air ke dalam water softner dan setelah air dalam kondisi yang sesuai kemudian air dimasukan ke dalam feed tank. Air dari feed tank selanjutnya dimasukan ke dalam boiler. Keranjang daun dengan kapasitas daun 2 ton kemudian dimasukan ke dalam ke bak daun yang berjumlah 3 bak menggunakan hoist crane. Setelah air dalam boiler cukup, kemudian masukan briket daun sebagai bahan bakar pemasakan ke dalam ruang bakar (tungku). Selama proses pemasakan berlangsung, tekanan uap air dalam boiler harus dijaga agar tidak lebih dari 5 atm (tekanan dalam atmosfer) yang dapat dilihat pada manometer, jika tekanan melebihi 5 atm makan blower akan matin. Apabila tekanan uap turun pada tekanan 2.5 Atm maka blower akan secara otomatis hidup kembali dan akan menghasilkan tekanan uap yang lebih tinggi lagi.
Gambar 3. Bak Masak Daun

Gambar 4. Hoist Crane
Gambar 5. Tungku Api
     Uap panas dialirkan ke dalam bak daun agar udara yang masih ada di dalam bak daun terbuang, baru kemudian bak daun ditutup kembali dengan rapat. Uap panas ini mempunyai tekanan yang kuat sehingga mampu mengeluarkan minyak dari daun kayu putih. Kemudian uap panas yang mengandung air dan minyak dialirkan ke dalam kondensor untuk mendinginkan uap panas tersebut. Air yang digunakan untuk proses pendinginan berasal dari cooling tower yang dialirkan melalui pompa. Oleh karenanya, air harus selalu diperiksa agar air tetap dingin dan air di dalam bak air selalu dalam keadaan penuh. Setelah uap yang mengandung minyak dan air sudah dingin, selanjutnya dialirkan di separator untuk memisahkan minyak dengan air. Pemisahan minyak dan air menggunakan metode berat jenis. Uap diberikan tekanan agar air yang mempunyai berat jenis lebih berat berada di bawah sedangkan minyak yang berat jenisnya lebih ringan akan terangkat. Minyak yang berada di posisi atas kemudian dialirkan ke tangki minyak khusus. Air yang terkumpul kemudian dibuang lewat keran tangki yang sudah diatur secara khusus. Minyak yang berada di tangki kemudian di pindahkan ke gerijen. Minyak yang sudah terkumpul hingga 1000L atau setara dengan 16 gerigen langsung diangkut ke Kantor Balai KPH Yogyakarta.
Gambar 6. Ruangan Separator
Gambar 7. Separator
Gambar 8. Gerijen Minyak Kayu Putih
     Proses penyulingan minyak kayu putih menghasilkan 2 macam limbah yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah cair berupa air dari hasil pemisahan antara minyak dan air. Limbah cair langsung dibuang ke saluran pembungan karena besifat alami dan tidak beracun. Kemudian limbah padat yang dihasilkan dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Kerak Kapur
Proses penguapan menghasilkan kerak-kerak yang menempel pada saluran pipa-pipa. Kabupaten Gunungkidul mempunyai jenis tanah yang berkapur dimana kandungan air di daerah tersebut juga mengandung kapur. Kerak tersebut menjadi kendala yang besar dalam proses penyulingan karena adanya kerak akan menyumbat aliran uap menuju separator. Oleh karena itu, setiap 2 minggu pipa harus dibersihkan dan sementara waktu menghentikan proses pemasakan. Hingga saat ini masih belum ada solusi untuk mengurangi atau menghilangkan terbentuknya kerak di pipa-pipa.
Gambar 9. Kerak Kapur
Gambar 10. Kerak Kapur

2. Limbah Daun
Limbah daun diperoleh dari sisa daun kayu putih yang dimasak. Limbah daun dikumpulkan di gudang untuk dikeringkan dan selanjutnya di cetak menjadi briket. Sekitar 40% dari briket digunakan untuk bahan bakar di pabrik dan 60% diberikan kepada masyarakat. Masyarakat yang mengambil briket adalah mereka yang mempunyai home industri seperti tahu dan jajanan lokal.
Gambar 11. Limbah Daun Kayu Putih
3. Abu Briket
Abu briket diperoleh dari abu dari proses pembaharan briket sebagai bahan bakar. Abu briket dapat digunakan sebagai campuran pupuk bokasi. Pemanfaatan abu briket digunakan sebagai pupuk tanaman kayu putih dan juga sebagian diberikan kepada masyarakat.
Gambar 12. Abu Briket

















Continue reading Kayu Putih : Proses Penyulingan Minyak Kayu Putih di KPH Yogyakarta