Rabu, 31 Juli 2019

Budidaya Lebah Madu KTH Sekar Sari Seto di KPH Yogyakarta


A.    Profil
Balai KPH Yogyakarta telah melakukan pembinaan dan pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) salah satunya dalam kegiatan budidaya lebah madu. Pada tahun 2018, KPH Yogyakarta difasilitasi oleh BPHP unit VII Denpasar mengadakan pengembangan kelompok budidaya lebah madu. Kelompok Tani Hutan Sari Sekar Seto (KTH SSS) yang berada di RPH Kepek BDH Playen merupakan salah satu dari dua kelompok budidaya madu yang diberikan pendampingan dan pelatihan. Jumlah anggota KTH SSS  kurang lebih 28 anggota dan fokus pada budidaya lebah Apis Cerana. Selama kegiatan budidaya KTH SSS tidak lepas dari pendampingan langsung oleh personil di RPH Kepek.
B.     Apa itu Madu ?
Madu dikenal sebagai bahan pangan yang dipercaya bagus untuk kesehatan tubuh. Lebah madu mengambil nektar dan serbuk sari untuk dijadikan sebagai makanan dan sebagian disimpan untuk cadangan makanan. Cadangan makanan lebah tersebutlah yang dipanen manusia. Secara umum rasa madu didominasi manis karena kandungan fruktosa-nya yang tinggi.
Tabel 1. Analisis Kandungan Madu
Fruktosa
: 38.2%
Glukosa
: 31.3%
Maltosa
: 7.1%
Sukrosa
:1.3%
Air
:17.2%
Gula
: 1.5%
Abu
:0.2%
Lain-lain
:3.2%

C.    
Lebah Apis Cerana
Lebah Apis cerana diduga berasal dari dataran asia dan menyebar ke asia timur hingga jepang. Lebah cerana atau lebah lokal mudah ditemui di bunga-bunga sekitar rumah bahkan bersarang di dalam rumah atau tempat-tempat yang teduh. Klasifikasi lebah madu secara umum dapat dilihat sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Hymenoptera
Famili              : Apidae
Bangsa            : Apini
Genus              : Apis
Spesies            : Apis Cerana
Gambar 1. Morfologi Umum Lebah
Struktur morfologi lebah cerana sama dengan morfologi lebah pada umumnya. Tubuh terdiri dari tiga bagian utama yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen).  Pada bagian kepala terdapat ciri rambut yang melindungi mata majemuk panjang dan berdiri, rambut tersebut berfungsi untuk mengambil pollen dari bunga,  scutellum (bagian belakang dari dada/thorak) berbentuk cembung, danada lobus  juga sebagai sayap belakang.  Lebah dewasa berwarna hitam dengan empat buah garis-garis kuning di bagian perutnya. 
D.    Sumber Pakan
Seperti mahkluk hidup lainnya, lebah bertahan hidup dengan adanya kesetersediaan sumber pakan. Lebah mengambil makanan berupa nektar dan pollen (serbuk sari) dari bunga maupun pangkal daun muda. Madu yang dipanen untuk dikonsumsi haruslah dari bunga yang tidak beracun. Jika madu menghisap nektar dan pollen dari bunga yang beracun maka madu yang dihasilkan juga beracun. Oleh karena itu, petani lebah harus mempunyai pengetahuan terhadap jenis-jenis tanaman yang dijadikan sumber pakan.
E.     Budidaya Lebah Madu
Kegiatan budidaya lebah terdapat 2 hal utama yang diperhatikan yaitu karakter lebah yang dibudidayakan dan ketersediaan sumber pakan. Lebah Apis cerana dipilih untuk di budidayakan karena mempunyai kelebihan mudah beradaptasi , mudah dicari koloninya, dan menghasilkan madu yang banyak. Di daerah Gunungkidul, koloni lebah cerana dapat ditemui di hutan, di dalam goa, di celah-celah batu, bahkan di sekitar rumah.
Ø  Ketersediaan Pakan
KPH Yogyakarta mempunyai potensi hutan kayu putih yang tinggi. Selama ini daun kayu putih dimanfaatkan untuk disuling menjadi minyak kayu putih. Ketersediaan bunga kayu putih yang melimpah dan berbunga sepanjang tahun dimanfaatkan sebagai sumber pakan budidaya lebah. Selain kayu putih terdapat pula beberapa jenis tanaman lainnya untuk diversifikasi sumber pakan. Bunga yang ditanaman yakni bunga yang cepat tumbuh dan mampu berbunga sepanjang tahun seperti bunga matahari, bunga kenikir, bunga celocia, bungga jengger ayam, dan beberapa jenis lainnya.serta terdapat tanaman jati dan rimba yang berada disekitar lokasi budidaya.
Gambar 2. Hutan Kayu Putih

Gambar 3. Stup Lebah

Gambar 4. Hutan Jati dan Rimba
Ø  Koloni Lebah
Lebah merupakan hewan yang selalu hidup berkoloni, rata-rata jumlah setiap koloni nya berkisar 60-70 ribu lebah. Di dalam sarang lebah terdapat lebah ratu, lebah pejantan, dan lebah pekerja. Setiap koloni lebah hanya ada satu lebah ratu dan jika di dalam satu koloni terdapat dua lebah ratu maka keduanya akan saling membunuh untuk mendapatkan kedudukan sebagai ratu. Lebah pejantan bertugas untuk membuahi lebah ratu. Jumlah lebah jantan harus dikendalikan minimal 10% dan maksimal 20% dari jumlah lebah di tiap koloni. Jika populasi lebah jantan terlalu banyak akan mengurangi jumlah madu yang dapat dipanen. Oleh karenanya, ketika lebah pejantan melebihi batas disarankan untuk mengurangi jumlahnya. Lebah pekerja bertugas menjaga koloni dan berkerja mencari nektar dan pollen. Di dalam koloni tidak ada batasan jumlah lebah pekerja karena semakin banyak lebah pekerja semakin banyak madu yang dihasilkan. 
Gambar 5. Koloni Lebah

Gambar 6. Pemindahan Koloni Lebah

Ø  Cuaca dan Musim
Lebah cerana termasuk lebah yang tidak terlalu tahan panas. Karena lokasi budidaya dilakukan di Gunungkidul yang cucanya tergolong panas maka dibutuhkan stup lebah yang cukup besar agar lebah tidak sumpek atau panas di dalam stup. Masalah tata waktu budidaya juga perlu diperhatikan. Pada bulan April- Juli merupakan bulan transisi dari musim panas ke musim penghujan yang mana masa bukan musim bunga atau disebut bulan paceklik madu. Jika terjadi kelangkaan sumber pakan, untuk mencegah lebah berpindah / menjaga keutuhan koloni dapat disiasati dengan pemberian makan tambahan berupa air gula maupun air tebu. Madu yang dihasilkan dari pemberian pakan berupa air gula maupun air tebu tidak disarankan untuk dipanen atau dikonsumsi. Hal tersebut dikarenakan madu tersebut bukan madu murni.
Ø  Predator
Salah satu gangguan dalam berbudidaya lebaah madu adalah hama predator. Adapun jenis hewan penggangu yang menyerang lebah cerana di KTH SSS antara lain: kupu-kupu, cicak, capung, tawon pelang, kecoak, dan semut angkrang. Hama tersebut mengganggu madu dan juga larva lebah. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi hama pengganggu yaitu: pemeriksaan rutin stup, pemberian lem pada penyangga stup untuk menangkap hama yang merayap dari tanah, melakukan pemberantasan maupun mengusir hama yang mendekat seperti capung dan tawon pelang, serta menjaga kebersihan stup.
Ø  Produk Madu
Proses budidaya KTH SSS mengutamakan kualitas madu yang diproduksi. Lokasi budidaya dijaga kebersihannya dan jauh dari polusi (asap kendaraan maupun asap rokok). Terdapat dua proses pasca panen untuk madu yang dijual yakni:
1. Madu tiris adalah madu yang dipanen dari hasil penirisan langsung. Sarang madu dipotong dari sisir kemudian diposisikan terbalik agak madu menetes. Madu tiris dikategorikan madu kualitas I dan mempunyai fungsi untuk penyembuhan dan menjaga stamina. 
2. Madu kukus adalah sisa sarang yang telah ditiris madunya kemudian dikukus. Sisa sarang madu dimasukkan kedalam plastik kemudian direbus ke dalam air mendidih. Lilin dan kotoran akan mengendap pada bagian atas plastik sedangkan madu akan berada dibawahnya. Madu kukus dikategorikan sebagai kualitas II yang berfungsi untuk menjaga stamina.
Gambar 7. Penirisan Madu

Gambar 8. Produk Madu SSS
F.     Potensi Pasar Budidaya Lebah madu
Tingkat konsumsi madu masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Namun, untuk mencukupi kebutuhan madu masih dilakukan impor berkisar 1500-2000 ton/ tahun. Produksi madu dalam negeri ditopang dari hasil madu hutan dan madu budidaya. Budidaya lebah madu sebenarnya kegiatan yang rendah modal, biaya pemeliharaan, serta tenaga. Berbeda dengan hewan ternak lain, lebah mencari mampu mencari pakan sendiri dan setiap 20-30 hari madu sudah siap dipanen. Apabila produksi madu tinggi dan kualitasnya baik diharapkan dapat meningkatkan tingkat konsumsi madu masyarakat, memangkas biaya impor madu dan Indonesia mampu menjadi negara pengekspor madu.



Continue reading Budidaya Lebah Madu KTH Sekar Sari Seto di KPH Yogyakarta

Jumat, 12 Juli 2019

Kerja Sama Jati Unggul Nusantara (JUN) di KPH Yogyakarta

     Kebutuhan kayu mengalami peningkatan seiring pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Salah satu jenis kayu yang digemari masyarakat adalah Jati. Kayu jati mempunyai mutu kayu yang tinggi dan menjadi primadona kayu pertukangan khususnya di Pulau Jawa. KPH Yogyakarta mempunyai hutan jati seluas 6.161 ha yang tersebar di hutan lindung seluas 979 ha dan hutan produksi seluas 5.182ha. Dalam rangka meningkatkan produktivitas kayu jati, Dinas Kehutanan dan Perkebunan bekerjasama dengan PT Surya Silva mataram untuk mengembangkan Jati Unggul Nusantara (JUN).
     Jati JUN merupakan varietas jati yang diperoleh dari seleksi klon-klon jati unggul menggunakan seleksi DNA. Bioteknologi Jati Jun dilakukan dengan sistem perakaran sehingga menghasilkan akar tunjang majemuk. Keunggulan jati jun dibanding jati alam adalah varietas jati jun cepat tumbuh , kokoh dan dapat dipanen mulai umur 5 tahun. Pada umur yang sama, diameter jati Jun lebih besar dibandingkan dengan Jati Konvensional. PT SSM membangun lokasi persemaian yang berada di di Dusun Ketangi, Banyusoco, Playen, Gunungkidul, Yogyakarta. 
     Kerja Sama penanaman Jati Jun dimulai tahun 2010 yang tertuang dalam dokumen kerja sama No.119/ 21370 tentang pembangunan hutan tanaman jati melalui inovasi silvikutur intensif dan water management. Jangka waktu kerja sama berlangsung selama 35 tahun dengan target penanaman maksimal seluas 1000ha. Kesepakatan pola pemanenan pada tahun pertama bagi hasil yang diterapkan ialah 65% untuk PT SSM, 25% untuk Dinas Kehutanan dan Perkebunan, dan 10% untuk Masyarakat. Pada tahun kedua pola bagi yang diterapkankan yaitu 50% untuk PT SSM, 30% untuk Dinas Kehuanan dan Perkebunan, dan 20% untuk Masyarakat. Pola pada tahun kedua berubah karena PT SSM tidak melakukan penanaman bibit karena bibit yang digunakan dari hasil terubusan. 
     Penanaman Jati JUN pertama kali dilakukan pada petak uji coba yaitu petak 95 dan petak 96 seluas 30 ha yang berada di petak RPH Menggoro, BDH Paliyan. Hingga saat ini tahun 2019 telah dilakukan penanaman seluas 311 ha dari target maksimum seluas 1000ha. Penanaman Jati Jun tersebar pada beberapa RPH yang berada di BDH Paliyan dan Playen. 

     
DOKUMENTASI

 Gambar 1. Jati JUN Petak 95

Gamabr 2. Jati Jun Petak 95 dan Petak 96

Gambar 3. Tegakan Jati Jun

Gambar 4. Kayu Jati Jun Umur 5 Tahun

Gambar 5. Jati Jun Umur 5 Tahun


    




Continue reading Kerja Sama Jati Unggul Nusantara (JUN) di KPH Yogyakarta