A.
Profil
Balai KPH Yogyakarta telah
melakukan pembinaan dan pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) salah satunya dalam kegiatan budidaya lebah madu. Pada
tahun 2018, KPH Yogyakarta difasilitasi oleh BPHP unit VII Denpasar
mengadakan pengembangan kelompok budidaya lebah madu. Kelompok Tani Hutan Sari Sekar Seto (KTH SSS) yang berada di RPH Kepek BDH
Playen merupakan salah satu dari dua kelompok budidaya madu yang diberikan
pendampingan dan pelatihan. Jumlah anggota KTH SSS kurang lebih 28 anggota dan
fokus pada budidaya lebah Apis Cerana. Selama kegiatan budidaya KTH SSS tidak lepas dari pendampingan
langsung oleh personil di RPH Kepek.
B.
Apa
itu Madu ?
Madu
dikenal sebagai bahan pangan yang dipercaya bagus untuk kesehatan tubuh. Lebah
madu mengambil nektar dan serbuk sari untuk dijadikan sebagai makanan dan
sebagian disimpan untuk cadangan makanan. Cadangan makanan lebah tersebutlah
yang dipanen manusia. Secara umum rasa madu didominasi manis karena kandungan fruktosa-nya yang tinggi.
Tabel 1. Analisis Kandungan Madu
Tabel 1. Analisis Kandungan Madu
Fruktosa
|
: 38.2%
|
Glukosa
|
: 31.3%
|
Maltosa
|
: 7.1%
|
Sukrosa
|
:1.3%
|
Air
|
:17.2%
|
Gula
|
: 1.5%
|
Abu
|
:0.2%
|
Lain-lain
|
:3.2%
|
C. Lebah Apis Cerana
Lebah Apis cerana diduga berasal dari
dataran asia dan menyebar ke asia timur hingga jepang. Lebah cerana atau lebah lokal mudah ditemui di bunga-bunga sekitar rumah bahkan
bersarang di dalam rumah atau tempat-tempat yang teduh. Klasifikasi lebah madu secara umum dapat dilihat sebagai berikut:
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Hymenoptera
Famili :
Apidae
Bangsa :
Apini
Genus :
Apis
Spesies :
Apis Cerana
Gambar 1. Morfologi Umum Lebah
Struktur
morfologi lebah cerana sama dengan morfologi lebah pada umumnya. Tubuh terdiri dari tiga bagian utama yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut
(abdomen). Pada bagian kepala terdapat ciri
rambut yang melindungi mata majemuk panjang dan berdiri, rambut tersebut
berfungsi untuk mengambil pollen dari bunga,
scutellum (bagian belakang dari dada/thorak) berbentuk cembung, danada
lobus juga sebagai sayap belakang. Lebah dewasa berwarna hitam dengan empat buah
garis-garis kuning di bagian perutnya.
D. Sumber
Pakan
Seperti
mahkluk hidup lainnya, lebah bertahan hidup dengan adanya kesetersediaan sumber
pakan. Lebah mengambil makanan berupa nektar dan pollen (serbuk sari) dari bunga maupun
pangkal daun muda. Madu yang dipanen untuk dikonsumsi haruslah dari bunga yang
tidak beracun. Jika madu menghisap nektar dan pollen dari bunga yang
beracun maka madu yang dihasilkan juga beracun. Oleh karena itu, petani lebah harus mempunyai pengetahuan terhadap jenis-jenis tanaman yang dijadikan sumber pakan.
E. Budidaya Lebah Madu
Kegiatan budidaya lebah terdapat 2 hal utama yang
diperhatikan yaitu karakter lebah yang dibudidayakan dan ketersediaan sumber
pakan. Lebah Apis cerana dipilih untuk di budidayakan karena mempunyai
kelebihan mudah beradaptasi , mudah dicari koloninya, dan menghasilkan madu yang
banyak. Di daerah Gunungkidul, koloni lebah cerana dapat ditemui di hutan, di dalam goa, di
celah-celah batu, bahkan di sekitar rumah.
Ø
Ketersediaan Pakan
KPH Yogyakarta mempunyai potensi hutan kayu putih
yang tinggi. Selama ini daun kayu putih dimanfaatkan untuk disuling menjadi
minyak kayu putih. Ketersediaan bunga kayu putih yang melimpah dan berbunga
sepanjang tahun dimanfaatkan sebagai sumber pakan budidaya lebah. Selain kayu putih
terdapat pula beberapa jenis tanaman lainnya untuk diversifikasi sumber pakan. Bunga yang ditanaman yakni bunga yang cepat tumbuh dan mampu berbunga sepanjang tahun seperti bunga matahari, bunga kenikir, bunga celocia, bungga jengger ayam, dan beberapa jenis lainnya.serta terdapat tanaman
jati dan rimba yang berada disekitar lokasi budidaya.
Gambar 2. Hutan Kayu Putih
Gambar 3. Stup Lebah
Gambar 4. Hutan Jati dan Rimba
Ø Koloni Lebah
Lebah merupakan hewan yang selalu hidup
berkoloni, rata-rata jumlah setiap koloni nya berkisar 60-70 ribu lebah. Di
dalam sarang lebah terdapat lebah ratu, lebah pejantan, dan lebah pekerja.
Setiap koloni lebah hanya ada satu lebah ratu dan jika di dalam satu koloni
terdapat dua lebah ratu maka keduanya akan saling membunuh untuk mendapatkan
kedudukan sebagai ratu. Lebah pejantan bertugas untuk membuahi lebah ratu.
Jumlah lebah jantan harus dikendalikan minimal 10% dan maksimal 20% dari jumlah
lebah di tiap koloni. Jika populasi lebah jantan terlalu banyak akan mengurangi
jumlah madu yang dapat dipanen. Oleh karenanya, ketika lebah pejantan melebihi batas disarankan untuk mengurangi jumlahnya. Lebah pekerja bertugas menjaga koloni dan
berkerja mencari nektar dan pollen. Di dalam koloni tidak ada batasan jumlah lebah pekerja karena semakin banyak lebah pekerja semakin banyak madu yang dihasilkan.
Gambar 5. Koloni Lebah
Gambar 6. Pemindahan Koloni Lebah
Ø Cuaca dan
Musim
Lebah cerana
termasuk lebah yang tidak terlalu tahan panas. Karena lokasi budidaya dilakukan
di Gunungkidul yang cucanya tergolong panas maka dibutuhkan stup lebah yang
cukup besar agar lebah tidak sumpek atau panas di dalam stup. Masalah tata
waktu budidaya juga perlu diperhatikan. Pada bulan April- Juli merupakan bulan
transisi dari musim panas ke musim penghujan yang mana masa bukan musim bunga
atau disebut bulan paceklik madu. Jika terjadi kelangkaan sumber pakan, untuk
mencegah lebah berpindah / menjaga keutuhan koloni dapat disiasati dengan
pemberian makan tambahan berupa air gula maupun air tebu. Madu yang dihasilkan
dari pemberian pakan berupa air gula maupun air tebu tidak disarankan untuk
dipanen atau dikonsumsi. Hal tersebut dikarenakan madu tersebut bukan madu
murni.
Ø Predator
Salah satu gangguan dalam berbudidaya lebaah madu
adalah hama predator. Adapun jenis hewan penggangu yang menyerang lebah cerana
di KTH SSS antara lain: kupu-kupu, cicak, capung, tawon pelang, kecoak, dan
semut angkrang. Hama tersebut mengganggu madu dan juga larva lebah. Tindakan
yang dilakukan untuk mengatasi hama pengganggu yaitu: pemeriksaan rutin stup,
pemberian lem pada penyangga stup untuk menangkap hama yang merayap dari tanah,
melakukan pemberantasan maupun mengusir hama yang mendekat seperti capung dan
tawon pelang, serta menjaga kebersihan stup.
Ø Produk Madu
Proses
budidaya KTH SSS mengutamakan kualitas madu yang diproduksi. Lokasi budidaya
dijaga kebersihannya dan jauh dari polusi (asap kendaraan maupun asap rokok). Terdapat
dua proses pasca panen untuk madu yang dijual yakni:
1. Madu tiris
adalah madu yang dipanen dari hasil penirisan langsung. Sarang madu dipotong
dari sisir kemudian diposisikan terbalik agak madu menetes. Madu tiris
dikategorikan madu kualitas I dan mempunyai fungsi untuk penyembuhan dan
menjaga stamina.
2. Madu kukus
adalah sisa sarang yang telah ditiris madunya kemudian dikukus. Sisa sarang
madu dimasukkan kedalam plastik kemudian direbus ke dalam air mendidih. Lilin
dan kotoran akan mengendap pada bagian atas plastik sedangkan madu akan berada
dibawahnya. Madu kukus dikategorikan sebagai kualitas II yang berfungsi untuk
menjaga stamina.
F.
Potensi Pasar Budidaya Lebah madu
Tingkat konsumsi madu masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Namun, untuk mencukupi kebutuhan madu masih dilakukan impor berkisar 1500-2000 ton/ tahun. Produksi madu dalam negeri ditopang dari hasil madu hutan dan madu budidaya. Budidaya lebah madu sebenarnya kegiatan yang rendah modal, biaya pemeliharaan, serta tenaga. Berbeda dengan hewan ternak lain, lebah mencari mampu mencari pakan sendiri dan setiap 20-30 hari madu sudah siap dipanen. Apabila produksi
madu tinggi dan kualitasnya baik diharapkan dapat meningkatkan tingkat konsumsi madu masyarakat, memangkas biaya impor madu dan Indonesia mampu menjadi negara pengekspor madu.